Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Betjak] Balada Tjinta Djamila (2)

18 September 2018   00:00 Diperbarui: 19 September 2018   09:31 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Pos Kupang - Tribunnews.com

Beberapa hari terakhir ini Jamila sumringah. Persis pada malam minggu yang sakral ini, ia berhasil memposting puisi ke-200 di blog keroyokan Kompasiana. Bukan main! 200 puisi hanya dalam waktu enam bulan saja. Artinya rata-rata satu puisi perhari. Separuh di antaranya bahkan bisa menjadi Headline! Itu pastilah pencapaian yang luar biasa kalau bagi orang seperti saya, yang sangat jarang diberi HL oleh Admin...hiks...

Apalah artinya wangi melati kalau tidak ada kumbangnya. Apalah artinya asbak kalau tidak ada rokoknya.

Eh ternyata bukan jumlah puisi itu saja yang membuat Jamila sumringah. Tetapi karena ada seseorang yang selalu setia menunggu dan memberi komentar pada setiap puisi yang dipostingnya itu.

Dari manakah datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali.

Dari manakah datangnya cinta? Dari puisi merasuk ke dalam hati... Alamak...

Siapakah lelaki setia penunggu puisi itu? Lelaki itu ternyata bernama Anjas Asmara.

Dulu memang ada pesepak bola terkenal bernama Anjas Asmara. Ada juga tetangga Jamila yang bekerja sebagai tukang vermak Levi's bernama Anjas Asmara. Tetapi Anjas Asmara ini adalah seorang pemintal kata yang mampu menenunnya menjadi sebuah untaian kalimat indah yang menghanyutkan yang bahkan mampu membuat orang yang berbaring di palung laut terdalam sekali pun akan tetap terjatuh juga.

Mungkin ada beberapa orang yang tidak akan mabok walaupun meminum selusin botol bir. Akan tetapi sulit dipercaya kalau ada orang yang tidak akan mabok ketika dibuai oleh pujian dan sanjungan ala rayuan pulau kelapa.

Demikian pula halnya dengan Jamila. Bayangan Anjas selalu menggodanya terutama saat "me time" ketika dia akan memejamkan matanya di peraduan. 

Ketika mata terpejam, maka layar pun terkembang scene Jamila berlari dengan Anjas persis ala Shah Rukh Khan dan Kajol dalam film Kuch Kuch Hota Hai itu, akan selalu menggodanya. Terkadang film itu baru usai ketika menjelang subuh... Alamak...

Terkadang Jamila berusaha menahan perasaan itu. Akan tetapi semakin ditahan justru semakin dalam ia terperosok kedalam kubangan rasa itu...

Ini jadinya mirip seperti arung jeram di sungai Citarum dulu. kata instruktur cantiknya ketika itu, "arusnya jangan dilawan ya mas tetapi justru diikutin..."

"Lha nanti bisa hanyut dong protesku ketika itu."

"Pasti mas ini gak bisa berenang ya. Hanyut itu enak mas, nikmatin aja arusnya..." katanya terkekeh.

"Ndas mu!" gerutuku dalam hati... Bukan apa-apa, aku cuma takut terhanyut oleh senyum manisnya itu... aku memang tak kuat berenang di arus rasa...

***

Entah kenapa lah ada semangka berdaun sirih.

Jamila tak habis pikir melihat seorang cowo Milenial, atletis, berkulit sedikit gelap nan seksi, tetapi bacaannya cuma Naruto dan komik Spiderman!

Apakah nama Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Sapardi Djoko Namono, Chairil Anwar atau Sitor Situmorang tidak pernah singgah ditelinga lelaki bernama Saipul ini? Keluh Jamila.

Demikian juga halnya dengan Toyib bin Abdullah bin Miing itu! Status fb-nya tidak pernah berubah selama empat tahun ini! Display picture-nya juga tetap bergambar onta, dan tidak berubah selama empat tahun juga! Tidak adakah sesuatu yang bisa diguratkannya di-statusnya tersebut, agar purnama tampak lebih indah dimata Jamila?

Tidak tahukah kedua lelaki Milenial itu kalau setiap wanita (normal) itu suka dipuji, disebut cantik, disayang, dirindu, dimanja dan terutama diberi dollar....?

Ah... jangan-jangan...

Jangan-jangan kenapa...?

Jamila jadi teringat pengalaman sohibnya, Widuri yang baru menikah sebulan tetapi kemudian bercerai itu! Suatu kali Widuri dijodohkan Pak RT dengan seorang pengusaha muda bernama Saifool, entah Jamil atau bukan.

Widuri dan Saifool berpacaran ala LDR (Long Distance Relationship) atawa jarak jauh karena Saifool bekerja di Lampung. Jadinya setiap bulannya Saifool apel mengunjungi Widuri. Enam bulan berpacaran, mereka kemudian menikah.

Pas malam pengantin tiba dan lampu jalan dimatiin tetangga, jantung Widuri kemudian berdegup keras.

Tak lama kemudian, sambil berdiri di dekat jendela, Saifool membuka jas dan kemejanya. Widuri terkesima, tak tau harus berbuat apa. Tetap membuka matanya atau berpura-pura menutup mata dengan jari tangan yang terbuka.

Sambil mengibas-ngibaskan kemeja tadi, Saifool kemudian menyanyikan lagu Kuch Kuch Hota Hai bergaya bak Shah Rukh Khan!

15 menit berlalu. Jantung Widuri semakin berdegup keras, "Ini kah yang disebut-sebut orang sebagai pemanasan?"

60 menit berlalu. Jantung Widuri kini berdegup semakin pelan. Saifool terlihat kepanasan dengan keringat disekujur tubuhnya. Tak lama kemudian Saifool membuka jendela, dan kemudian melambaikan tangannya kepada Arjuna yang sedang duduk di pos satpam, persis di depan rumah mereka itu. Lalu Saifool pun rebah di ranjang, dan kemudian tertidur.

Demikianlah adegan Saifool mengibas-ngibaskan kemeja ataupun celana pendeknya sambil menyanyikan lagu Kuch Kuch Hota Hai itu, berlangsung setiap malam selama sebulan. Adegan itu pun selalu diakhiri dengan acara membuka jendela, dan kemudian melambaikan tangannya kepada Arjuna. Ternyata oh ternyata... Saifool adalah penggemar kumis sang satpam bernama Arjuna itu.

***

Pengalaman widuri itu pun membuat Jamila kini berhati-hati. Ternyata tidak semua yang bersisik itu adalah ikan. Tidak semua yang berkumis itu adalah lelaki, karena ikan lele juga punya kumis.

Jamila jadi teringat akan wejangan almarhumah neneknya dulu. Suami itu harus satu dan satu saja! Tapi yang namanya gebetan malah harus banyak, karena suami itu berasal dari gebetan yang terbaik.

Sama seperti membeli ayam di pasar, satu-satu ayamnya dipegang, dielus dan diteliti dengan baik. Periksa matanya, lehernya, perutnya dan pahanya. kalau diraba ada reaksinya apa kagak, kalo gak bereaksi, ya tinggalkan saja..... hihihihi...

Aditya Anggara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun