Mohon tunggu...
Yadi STP MM
Yadi STP MM Mohon Tunggu... Penulis - Science Content Writer PT Algarosan Nusantara

Berasal dari Rangkasbitung sekarang tinggal di Surabaya. Bekerja sebagai penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Cerita Ksatria Ilalang Bab 2. Mendapat Musibah. Hampir Mati Dikeroyok Para Preman Kampung

29 Mei 2022   03:38 Diperbarui: 23 Juni 2023   08:23 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasanya, pagi itu Jaka Someh bersiap untuk pergi ke ladangnya yang ada di selatan gunung halimun. Ladang yang selalu dia rawat dengan penuh kesungguhan dan rasa sayang. Jaka Someh berjalan menyusuri jalan setapak yang lebarnya hanya sekitar 2 meter. Jalan setapak tersebut seakan-akan membelah hutan halimun menjadi dua bagian.

Dengan semangat yang masih menyala, dia terus berjalan dengan gagahnya menuju arah sisi selatan gunung. Suara burung berkicau menjadi musik penghiburnya di sepanjang perjalanan. 

Di tengah perjalanan, ketika melewati sebuah sungai kecil yang airnya nampak jernih, Jaka Someh menyempatkan untuk berhenti sejenak karena mau mengisi wadah minumnya. Jaka Someh sempat meminum beberapa teguk air dari wadahnya tersebut, dan merasakan sensasi kesegaran yang masuk kedalam jiwa.

Setelah wadah bambunya terisi penuh dengan air, Jaka someh pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Belum ada seratus langkah dia berjalan dari tempat itu, tiba-tiba Jaka someh melihat ada segerombolan lelaki dewasa yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa dari arah puncak gunung. Tampang mereka nampak sangar dan galak. Mereka berjalan tergesa sambil menyeret seorang lelaki berumur yang wajahnya nampak babak belur seperti habis dipukuli.

Jaka Someh terpana ketika melihat salah seorang dari anggota gerombolan itu. Dia tidak mungkin lupa dengan wajah orang yang telah membunuh ayahnya, meskipun kejadiannya sudah lebih dari 5 tahun yang lalu.

Orang itu adalah ki Marta, salah satu anak buah Juragan Permana, yang dulu telah membunuh ayahnya.

Melihat wajah Ki Marta, Jaka Someh hanya mampu terdiam, tidak tahu harus bagaimana. Di dalam dadanya berkecamuk berbagai perasaan, antara marah, benci dan bingung. Dia ingin sekali melabrak ki marta namun dia sadar bahwa hal tersebut adalah tindakan bunuh diri.

Jaka Someh tahu bahwa ki marta adalah seorang jawara kampung rawa balong yang di takuti banyak orang. Sedangkan Jaka Someh hanyalah seorang pemuda tanggung yang tidak memiliki kepandaian bela diri apapun. Bagaimana mungkin dia sanggup menghadapi ki marta dan kawan-kawannya. Namun karena perasaan marah dan bencinya lebih besar dibandingkan rasa takutnya. Jaka Someh pun menghentikan langkahnya dan berdiri ditengah jalan untuk mencegat Ki Marta dan kawan-kawannya.

Ketika rombongan ki Marta sudah mendekati Jaka Someh, salah satu dari mereka yang memiliki tubuh paling kurus namun berwajar sangar, berteriak pada Jaka Someh

“Heh Bocah cunguk... kenapa menghalangi jalan kami...? apa wajahmu yang bloon itu mau saya buat babak belur seperti Ki Madun ini...?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun