Mohon tunggu...
supriadi legino
supriadi legino Mohon Tunggu... -

Lulus Elektro ITB tahun 1974, MM UNSRI tahun 2000, MBA University of Missouri St. Louis th 2003, MA International Business th 2003,doctor of management tahun 2006. Sekarang menjadi Ketua STT PLN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

" 'a "

6 September 2014   03:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:29 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

a’

Bagi mereka yang  suka mengaji  tentunya tidak asing dengan ilustrasi  mengenai surga yang diambil dari terjemahan  ayat-ayat Kitab Suci yang antara lain menjelaskan bahwa surga itu seluas langit dan bumi dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya . Banyak lagi ilustrasi lain yang  menekankan  keindahan surga tersebut dengan sesuatu yang tidak ada di dunia, misalnya  sungai yang dialiri susu dan anggur sampai setiap saat dilayani oleh bidadari-bidadari cantik yang selalu muda.   Waktu masih kecil dan kebetulan senang membaca komik yang bisa membuat fikiran dipenuhi dengan angan-angan,   saya masih bisa mudah untuk membayangkan kehidupan di Surga tersebut tak ubahnya seperti mengkhayalkan dewa-dewi kayangan atau  Putri dan Pangeran dalam cerita anak-anak karangan H.C. Andersen. Namun  sejalan dengan perkembangan nalar yang lebih didasari oleh kenyataan hidup di dunia, rasanya semakin sulit untuk membayangkan ilustrasi tentang Surga  seperti ilustrasi yang tertulis dalam Al Kitab diatas , karena  dimensi kehidupan di akhirat  sangat sulit dipahami oleh kemampuan indra manusia biasa di dunia yang sangat terbatas. Kalau sudah begitu,  saya harus kembali ke aturan baku keimanan tahap awal yaitu harus yakin bahwa semua ayat Allah yang tertulis dalam Al Qur’an itu pasti benar sambil berharap bahwa penjelasan tentang hal-hal yang belum saya pahami tersebut  suatu saat nanti akan terungkap secara bertahap.

Saya termasuk orang yang sangat bersyukur karena Tuhan sering membantu saya dalam memahami dimensi AL Kitab tersebut melalui berbagai kejadian yang saya alami sendiri yang saya sadari setelah memasuki era pensiun dan tidak lagi saling kejar dengan ambisi dan materi. Tak salah bila orang bilang bahwa kehadiran cucu adalah peristiwa yang sangat membahagiakan, dan hal itu sulit dibayangkan sebelum saya merasakannya sendiri seperti saat ini. Komunikasi batin saya dengan cucu pertama Aisha Kayla seolah telah terjadi sejak si cantik masih dalam kandungan ibunya, putri saya Amanda. Dan betul saja, sejak dia lahir walaupun belum dapat melihat, dia sudah bisa meraungkan tangisan apabila sang Opa datang tetapi tidak segera menggendongnya.  Tentu saja saya sering membuat kesal ibunya karena mungkin dianggap terlalu memanjakan Kayla sehingga dia sangat lengket dengan kakeknya dan kalau makan, pasti dia minta disuapin si Opa walaupun dia sudah bisa makan sendiri. Tak dapat disangkal saya sendiri sangat menikmati saat-saat menyuapi Kayla, terutama ketika mendengar dia mengucapkan kata yang terdiri dari satu huruf “’a’…” , indah dan menyenangkan sekali.

Terima kasih ya Rab, satu huruf a’ yang diungkapkan secara polos oleh cucuku Kayla dapat menjelaskan makna keindahan surgawi walaupun saya masih hidup di dunia. Saya sering menerawang jauh kenapa Tuhan begitu baik kepadaku padahal amal ibadahku masih sangat sedikit………..jangan-jangan Tuhan tidak tega untuk tidak memenuhi  rayuan Andika, anak keduaku untuk selalu menjaga ibu dan ayahnya di dunia. Mungkin Andika protes karena belum sempat merasakan kebahagiaan dari air susu ibunya dan hangatnya pelukan sang ayah karena Allah telah memintanya untuk kembali di saat Andika menunggu hari untuk lahir ke dunia. Mungkin Andika menyaksikan dari alam keabadian sana, bagaimana sang Bunda berusaha keras untuk tabah dalam kesakitan fisik dan mental yang luar biasa ketika harus mengeluarkan jasadnya secara alami setelah menunggu beberapa hari setelah mendengar vonis dokter yang sangat menyedihkan itu. Padahal baru tiga hari sebelumnya dokter kandungan yang cukup masyhur di Bandung menyatakan bahwa Andika kondisinya sangat baik dan sehat…dan sampai saat ini sang dokter tidak memberikan alasan yang jelas selain, kemungkinan terbelit oleh tali pusar. Walaupun saat itu saya masih bertugas di PLN Bukittinggi, tapi Tuhan telah mengarahkan Andika untuk lahir dan dikebumikan di Bandung tempat kelahiran ayahnya yang kemudian ditemani oleh eyangnya yang mendapatkan peristirahatan terakhir di TMP Cikutra Bandung.  Sambil menggendong jasad Andika ke peraduan terakhirnya, saya membayangkan apa yang mau dibilang oleh ibu-ibu pimpinan PLN yang dengan sinis menyindir-nyindir  istri saya ketika meminta izin untuk melahirkan di Bandung….tapi istri saya memang kuat luar biasa, dia kembali tegar ketika harus kembali ke Bukittinggi dan setiap saat setia berjuang menjaga martabat dan membantu kelancaran pekerjaan saya baik di PLN maupun dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya di Sumatra barat.

…. Dan rasa sayang kepada istriku semakin melimpah melihat ketabahan istriku teruji  lagi dengan musibah  yang hampir sama pada waktu melahirkan Archie,  anakku yang ke empat (dan kalau tidak keguguran sebetulnya istri saya sempat mengandung calon anak kita yang ke lima di Semarang). Kisah kelahiran Archie agak berbeda, kami masih sempat bergembira mendengar tangisan Archie ketika lahir walaupun dalam keadaan premature dan kami terharu ketika kedua kakaknya yang tahu cerita tentang Andika, dengan polos sempat bertanya apakah adiknya hidup… kami mengangguk tersenyum dan ucapan selamatpun berdatangan …..sampai di hari ketiga hati saya galau ketika saya datang dari kantor mendapati Archie tidak ada di sana, istri saya mengatakan bahwa dokter menganjurkan Archie harus dirujuk ke rumah sakit besar dan dengan perasaan galau saya berlari mengejar ke rumah sakit di kawasan Salemba tersebut. Betapa kaget dan marah saya ketika mengetahui bahwa Archie tidak langsung diberikan perawatan pernafasan bantuan dengan alasan menunggu siapa yang akan menanggung. ….dan semuanya telah terlambat ternyata Allah juga menyukai Archie dan meminta dia untuk kembali di sisiNya………………………

Sengaja saya tidak menghapus airmata saya yang terus mengalir membasahi buaian jasad Archie sambil terus berjalan menuju peraduannya yang terakhir di TPU Pondok Kelapa, tak jauh dari rumah saya di Bekasi.  Sambil memandang ke langit saya berusaha ikhlas melepas anakku dengan keyakinan bahwa Archie akan mendapat kasih sayang yang jauh lebih sempurna di sisi Sang Khalik. …Maafkan bapak dan mamahmu Archie…kami belum sempat membesarkanmu , kamu akan bertemu dengan kakakmu Andika  untuk bermain menjadi kupu-kupu Surga………Mungkin Archie juga tidak mau kalah untuk merayu Tuhan agar membahagiakan ibu-bapaknya yang sempat  bersedih ketika ditinggalkannya….Dan Tuhan tidak tahan untuk tidak mengabulkan kembali rayuan anakku di Surga….cucuku yang kedua, Sofia Kirana yang sangat lucu dan sekarang sudah berusia satu tahun sehingga bisa berebut minta digendong oleh kakeknya dan kakaknya merajuk marah apabila si Opa lebih dahulu menggendong adiknya …..tapi Sofia lebih sering dan lebih lantang lagi meneriakkan ‘a, ‘a, ‘a….. ….kebahagiaan Surgawi yang sulit dijelaskan karena Tuhan merancang khusus untuk saya……..

GOD !!!, I Love You

Persada  Kemala Bekasi

19 Agustus 2014

YSL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun