Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siluet Senja [Tentang Art]

3 Maret 2015   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:13 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasa jika sore menjelang aku selalu menapakan kakiku di bibir pantai ini, menanti kehadiran senja yang akan menciptakan siluet indah dengan sinar jingganya. Meski aku tak pernah tahu seperti apa warna jingga itu, seperti apa warna laut yang setiap hari aku tatap. Seperti apa debur ombak yang ku dengar, aku tak pernah tahu tapi aku bisa merasakannya. Semua indah, sangat indah!

Burung-burung mulai berkicau menjauh, tapi aku mendengar suara lain yang jauh lebih merdu dari deburan ombak dan nyanyian burung. Suara yang biasa aku dengar di kaset ataupun konser musik klasik yang memang sangat aku sukai, lagu ini....aku begitu mengenalinya karena aku sangat menyukainya. Kakiku melangkah ke arah suara itu, ku ikuti tongkat yang pegang membawaku kepadanya. Semakin dekat, semakin jelas. Itu suara sebuah biola, mengalun merdu menciptakan sebuah lagu.

Tapi kali ini lebih merdu dari yang pernah ku dengar selama ini, lebih indah. Aku tak pernah mendengar seseorang memainkan biola dengan begitu indahnya seperti saat ini. Ku nikmati hingga lahunya selesai, lalu ku berikan tepuk tangan pujian padanya. Aku bisa merasakan dia menoleh padaku,

"Itu Vivaldi kan, pemainanmu sangat bagus dan indah. Kau pasti seorang violis yang hebat!" pujiku. Ku rasakan dia tersenyum di sertai tawa kecil, "kau salah, aku hanya seorang seniman jalanan!" sahutnya. Suaranya sangat merdu, "bohong!" sahutku tak percaya.

"Aku tak menyuruhmu percaya padaku, aku hanya menjawab pertanyaanmu. Apa yang di lakukan seorang gadis cantik senja-senja begini sendirian di tepi laut!"
"Aku hampir setiap hari ke sini, rumahku tak jauh dari sini!"
"Oh!"

"Aku sangat suka permainanmu, aku tak pernah mendengar seseorang bermain biola sebaik kau!" pujiku lagi, ku rasakan dia berjalan mendekat padaku. Pria itu memperhatikanku, lalu melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Jangan begitu, aku memang tak bisa melihat!" seruku dengan senyuman. "kau tahu kalau aku...!" tanyanya, "aku bisa merasakan gerakan tanganmu di depanku!"
"Maaf!"
"Kenapa harus minta maaf?"

Ku rasa dia sedang tersenyum padaku, "kau tak bisa melihat tapi bagaimana kau tahu aku memainkan Vivaldi?" tanyanya, aku tersenyum lagi padanya. "Beethoven mengalami ketulian, tapi dia tetap bisa berkarya, bisa menciptakan nada-nada yang indah. Lalu kenapa harus heran padaku?"
"Kau benar!"

"Aku tidak percaya kalau kau hanya seorang seniman jalanan, kau pasti seorang Violis terkenal hanya saja kau sedang merendah!"
"Terserah kau mau bilang apa. Ngomong-ngomong.....kau tak bisa melihat sejak kapan?"
"Sejak lahir, aku lahir prematur. Kada dokter ada cairan yang masuk ke dalam kornea mataku sehingga membuatnya terinfeksi, akibatnya aku jadi buta permanen!"

"Memangnya tidak bisa di operasi?"
"Katanya aku bisa melihat jika ada donor mata yang cocok untukku, hanya saja....aku tidak mau mata siapapun. Aku tetap menganggap apa yang terjadi padaku adalah karunia Tuhan, aku bisa melihat dunia dari hatiku, dari apa yang ku dengar, apa yang aku rasakan. Oya, meskipun kau seorang seniman jalanan kau tetap punya nama kan. Kenalkan, aku Violet!" kataku menjulurkan tanganku, ku harap dia menyambutnya.

Dan benar, dia menyambut tanganku. "Art!" sahutnya, tangannya hangat sekali. Tak pernah ku rasakan tangan sehangat itu dari semua orang yang pernah berjabat tangan denganku. "Art, itu namamu atau hanya panggilanmu?" godaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun