Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Last Hunter #Part 6

23 September 2018   05:29 Diperbarui: 23 September 2018   05:47 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alex Reese 'The Last Hunter'

Prev, Part 5 : Guru Baruku

Mesin Pembunuh

Kutegapkan diri, bersiap dengan serangan susulan yang pasti wanita itu berikan. 

Dia cukup agresif menyerang, sepertinya dia memang sudah memilik jam terbang tinggi. Kami bertarung dengan sengit, ketika dia merasa terpojok, dia pun melarikan diri. Tapi aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja, akan kudapatkan dia. Aku harus tahu siapa yang mengirimnya, setidaknya aku bisa mengetahui satu nama. Juga alasan kenapa aku harus dilenyapkan!

Dia berlari ke dinding pembatas, memanjatnya untuk kabur, kulakukan hal sama. 

"Alex," 

Suara Magie terdengar menyerukan namaku. Namun aku tak ingin pecah konsentrasi, tetap kuikuti wanita itu hingga ke luar area gedung. Kami berkejaran, namun ternyata sampai di tengah hutan teman-temannya sudah menunggu. 

Mereka mengepungku. Seringai wanita itu penuh kemenangan. Jebakannya berhasil!

Kali ini mereka mengeroyokku, butuh kerja keras agar tak babak belur. 

Namun keberuntungan masih berdiri di pihakku. Mereka semua kujatuhkan, lalu suara tepukan tangan muncul dari belakang. Kuputar tubuh.

Seorang pria paruh baya muncul didampingi beberapa orang yang terlihat siaga dari bahaya apa pun. 

Aku masih memasang kuda-kuda. Pria itu terlihat tenang sekali. Tentu saja, pelindungnya banyak-sedang aku, seorang diri.

"Senang bertemu denganmu, Alex Reese!" sapanya.

Namun aku juga tak ingin menunjukkan rasa takutku. Jadi aku pun mencoba untuk tenang.

"Siapa kau?" 

Dia tak langsung menjawab.

"Apa yang kalian inginkan?"

"Kau lebih dari dugaanku, apa kau tahu ... kau memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam dirimu. Dan aku,_aku memiliki segala yang kaubutuhkan untuk bisa membuat dunia yang kita inginkan,"

Sedikit kukernyitkan dahi.

"Kita tak perlu bermusuhan, Alex. Kita bisa bekerja sama. Membangun dunia baru,"

"Sayangnya aku tidak tertarik,"

"Anak muda selalu terburu-buru, kau bisa memikirkannya. Tapi aku tak bisa menunggu terlalu lama,"

"Kau tak perlu menunggu, karena tentu saja tidak. Itu jawabanku!"

"Kau yakin?" ragunya. 

Beberapa orang yang kulumpuhkan tadi kini sudah kembali berdiri mengeliling. Namun pria itu memberi isyarat agar mereka tak menyerang. Bahkan menyuruh mereka untuk menyingkir.

"Grey," seru guru sains palsuku.

Sekali lagi pria itu memberi isyarat, wanita itu dan semua anak buahnya menyingkir mendekati mobil yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari kami.

"Aku memiliki informasi yang kaubutuhkan, bahkan ... hal yang Thomas tak ingin kauketaui,"

Kulebarkan mata, akan tetapi aku tak ingin terpancing.

"Apa pun itu aku tak peduli,"

"Bahkan tentang ibu kandungmu?" 

Kali ini mataku kembali melebar. Aku baru menyadari sesuatu. Dua orang yang datang ke rumah saat itu sama sekali tak menyebut tentang ibu kandungku. Bahkan Dave dan Lily. Mereka hanya menyebut Thomas Reese, tapi ....

Haruskah kupercaya pada pria di depanku ini, yang bahkan mengirim seseorang untuk membunuhku?

Sepertinya dia tahu aku tengah memikirkan ucapannya?

"Alex!" 

Dari kejauhan suara Magie memanggil.

Pria itu melirik ke belakang punggungnya, "Aku masih menunggu jawabanmu, Alex. Tidakkah kauingin tahu?"

Aku masih diam. Hanya memberinya tatapan penuh tanya.

Senyum tipis muncul di ujung bibirnya, entah-apa artinya itu?

"Jika kau berubah pikiran, orangku selalu siaga menjemputmu. Aku bisa memberimu semua jawaban yang kaubutuhkan, pikirkan itu!" katanya lalu berjalan melewatiku.

Kuputar tubuhku untuk menatapnya pergi. Magie sampai di sisiku,

"Cramer," desisnya, "kau tidak apa-apa?" cemasnya. 

Sekali lagi pria yang dipanggil Cramer oleh Magie itu menoleh sebelum masuk mobil yang membawanya menjauh.

"Alex, kenapa dia pergi begitu saja?"

"Tugasmu memastikanku aman, kan?" sahutku dingin. "Kau terlalu lamban," cibirku berbalik dan mulai melangkah. 

"Saat aku mengejarmu, Mr. Cody memanggilku. Jadi kumencari cara untuk lepas darinya dulu," Magie mengikuti.

"Kupikir kau profesional,"

Dia menoleh kesal, "Kau meragukanku?" 

"Bagaimana jika mereka membantaiku?" pancingku. 

Tawa merdu yang mengandung sindiran keluar dari mulutnya, "Kau tidak selemah itu, Alex. Kau bahkan tidak akan menduka apa yang bisa kaulakukan."

Kuhentikan langkah, begitu pun Magie. "Kalau begitu katakan siapa sebenarnya aku!" 

Itu bukan sebuah permintaan, melainkan perintah. Magie tak menjawab, hanya menatapku. Kutahu itu meski kupunggungi dia. 

"Siapa Thomas Reese, siapa Grey Cramer, siapa diriku? dan dunia apa yang melahirkanku?" gerutuku.

Magie berjalan perlahan, "Bukan aku yang berhak menjelaskan padamu," dia menghentikan langkah. "Alex," dia berbalik menatapku. 

"Dunia kita, tak sesederhana yang kita pikirkan. Bahkan terlalu rumit,"

"Kau mengenal Thomas Reese," potongku, "kau pasti juga tahu kenapa selama ini aku harus hidup bersama orang lain, dan tiba-tiba ... dia menginginkanku. Kenapa dia harus membuangku dulu?"

"Dia tidak membuangmu,"

"Kenyataannya seperti itu."

"Semua yang dilakukannya demi kebaikanmu,"

"Itu omong-kosong!" teriakku seraya berbalik dan melangkah.

"Alex, kau mau ke mana?"

"Mungkin Grey Cramer bisa memberikan jawabannya."

"Tidak, Alex."

Magie mengejar, menarik tubuhku. Namun kusingkirkan dia. Kami pun harus berargumen menggunakan fisik. 

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi," serunya disela pertarungan kami.

"Coba saja hentikan aku!"

Magie memang kuat. Menghadapinya sama seperti melawan lima orang anak buah Cramer. Kami bertarung sengit. Tubuhku terdorong ke batang pohon, lengannya menekan leherku.

"Salah satu tugasku, adalah memastikanmu untuk tak bertindak bodoh!"

Aku tak peduli, semua ini memuakan. Hidupku berubah sejak aku dipaksa menerima kenyataan gila ini. Kino, aku bahkan tak tahu siapa diriku, siapa yang harus kupercayai.

Sekuat tenaga kudorong Magie, menyerangnya dengan amarah yang muncul begitu saja. Kini kukunc Magie di depanku.

"Aku hanya butuh jawaban dari semua kegilaan ini, tak peduli dari mana,"

"Kau tidak tahu betapa berharga dirimu, Alex. Banyak yang rela mengorbankan nyawa hanya agar kau tetap hidup," Magie berhasil menghantam dadaku dengan sikunya lalu membating tubuhku ke tanah.

Segera kutarik tangannya yang masih memegangi lenganku. Membuatnya terjerembat ke tanah juga. Sebelum dia bangkit, kutekan kedua tangannya ke tanah dan setengah menindihnya. 

"Jika kau tak bisa memberiku jawaban, maka jangan menghalangiku. Aku bisa mencarinya sendiri," seruku lalu melepaskannya. Menyingkir darinya melangkah untuk pergi.

"Apa kau tahu kalau kau juga sangat berbahaya, Alex?"

Ucapan Magie menghentikan langkahku. 

"Kau tak hanya bisa menjadi penyelamat, tapi juga menjadi sebuah kehancuran."

Kuputar tubuhku. Magie terduduk di atas tanah, melempar tatapan nanar.

"Jika kau salah memilih jalan, kau bisa menghancurkan segalanya, kau-bisa menjadi mesin pembunuh yang mematikan."

Tiba-tiba saja seluruh tubuhku melemas. Apa yang Magie katakan? Mesin pembunuh!

Seperti itukah diriku?

Kutatap kedua tanganku, membayangkannya menghancurkan dunia. Lalu kugunakan untuk menyeka wajah, perlahan kubiarkan tubuh ini terduduk di tanah. Memikirkan semua ucapan Magie. Aku tahu dia tak mungkin berbohong, tapi jika semua itu benar. Apa yang ada dalam diriku hingga aku bisa saja jadi mesin penghancur?

Sebegitu berbahayakah diriku? Itukah sebabnya mereka memburuku?

----------o0o----------

Next, ........ || baca juga, Part 1 : Siapa Aku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun