* * *
Ilham dan Leon berjalan menuju parkiran, bertengkar lalu baikan lagi sudah biasa mereka lalukan. Yang paling sering ya si Leon yang membuat Ilham marah dan akhirnya harus minta maaf.
"Jadi gimana, turnamen musim ini kamu bakalan gabung lagi kan?" tanya Leon.
"Lihat aja entar, Le. Kalau teman-teman lain belum berkenan, mungkin aku harus nunggu di turnamen selanjutnya!"
"Kamu harus buktikan dong, kalau kamu masih belum redup. Lagipula keputusan itu bukan ada di tangan Alfi, dia cuma ketua pengganti. Dan..., dalam turnamen ini, akan dipilih beberapa anak yang akan masuk Timnas. Kamu nggak boleh melewatkan hal ini, Ham!"
"Selalu masih ada kesempatan lain, Le!"
"Huh, kamu ini. Susah!" kesal Leon.
"Auw!"
BUKK!
Dua buah suara yang berbeda membuat kedua pemuda itu menghentikan langkah. Mata mereka terjatuh ke beberapa benda yang terhempas tak jauh dari kaki mereka. BUKU.
Lalu mata mereka merambat hingga menemukan seorang gadis tengah berusaha bangkit setelah terjerembat ke lantai entah karena apa. Gadis itu mengusap sikunya yang sepertinya lecet. Garis itu setengah jongkok dan berlutut karena ia masih harus memunguti buku-bukunya yang berserakan. Tapi ia justru terpaku ketika matanya menangkap dua pemuda itu menatapnya. Mereka berpandangan. Diam.
Â
__________o0o__________
Â
Selanjutnya, ___