"Aku minta maaf,"
"Aku pingin sendiri!" potongnya tegas dan tetap melangkah. Sementara langkah Leon kini terhenti, menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh.
Ia tahu Ilham memang masih terluka. Ia juga tahu seperti apa perasaan Ilham terhadap gadis itu sejak pertama kali melihatnya. Ia yang paling tahu segalanya. Tapi ia hanya ingin sahabatnya itu kembali menjadi Ilham yang selama ini ia kenal. Ilham Dewangga, sang Pangeran Voli yang disegani teman-temannya dan tak bisa dianggap temeh oleh siapapun.
* * *
"Ntan, entar ikut kita ya!" seru Sisi yang baru mendudukan diri di sebelah Intan. Gadis berkacamata itu menoleh, "aduh Si, kamu kan tahu. Sepulang kuliah aku harus bantuin Ibu di katering," tolaknya.
"Sekali-kali Ntan, masa' Ibu kamu nggak ngebolehin sih. Aku yang tanggung biayanya deh, kamu mau treatmen apapun aku bayarin!" bujuknya,
"Iya Intan, sudah lama nih kamu nggak ikutan kita jalan!" Lina ikut membujuk.
"Aku minta maaf banget ya, tapi sumpah..., akhir-akhir ini katering lagi rame. Dan salah satu mbak yang bantuin Ibu lagi pulang kampung,"
"Ya elah, kamu nggak asyik deh!" keluh Sisi menyilakan rambutnya sambil cemberut.
"Mungkin hari sabtu aku bisa pergi, keknya sih pas nggak ada pesenan. Paling cuma langganan biasa, gimana?" katanya mencoba menyenangkan teman-temannya.
Kedua temannya langsung sumringah, "yang bener?" seru Sisi meyakinkan. Intan mengangguk mantap, kedua temannyapun tersenyum kegirangan dan memeluk gadis berkacamata itu.