Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 24 - 2 ; Apa Salahku!

4 Juni 2016   05:27 Diperbarui: 4 Juni 2016   07:06 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakura, suttherstock.com"

Ia merintih.

Mengangkat kedua tangannya lalu meniup-niup pelan untuk menghilangkan perihnya. Sekarang ia benar-benar menggigil, rasanya ia tak mampu melanjutkan perjalanan. Tenaganya kian terkuras. Saat ini ia terdampar di suatu tempat yang tak ia ketahui, seseorang menyuruh orang-orang itu untuk menjauhkannya dari kota. Tapi siapa orang itu? Dan kesalahan apa yang ia perbuat hingga harus terbuang ke hutan dengan mulut terbekap dan tangan terikat. Airmata mulai merembes lagi dari pelupuknya. Tapi ia sadar ia tak boleh cengeng, hal ini tak seberapa. Ia pernah mengalami hal yang lebih buruk saat kecil, saat ayah tirinya murka. Ia mendapat sabetan pecut lalu tak boleh masuk ke dalam rumah selama hujan lebat malam itu, mulutnya di sumpal pakai kaus kaki yang sudah tentu bau busuk karena ia mengumpat, "bapak itu jahat, bapak itu binatang", ketika ia melihat ayah tirinya itu memukuli ibunya. Tubuhnya di ikat di pohon pisang di samping rumah, tapi ia tak menyesal mengatakan itu. Ibunya menyusul setelah sadar dari pingsannya, saat Bari memukulnya, kepala Laras terantuk meja hingga pingsan. Saat sadar ia segera mencari putri tunggalnya, dan menemukannya terikat di pohon di bawah rinai hujan yang mulai mereda. Entah sudah berapa lama putrinya terikat di sana dengan mulut tersumpal kaos kaki suaminya dan beberapa bagian tubuhnya memar oleh pecut yang juga sering menggerayangi tubuhnya jika Bari marah. Saat ia melepaskan ikatan Sonia, gadis itu hanya menyebut namanya lalu pingsan. Dan harus demam selama dua hati. Saat itu usianya 8 tahun. Ia mampu bertahan. Maka kali ini iapun harus bertahan.

Ia kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan, hingga sedikit mendaki tanah yang lebuh tinggi. Yang akhirnya membawanya ke jalan raya, ternyata penerangan itu adalah jalan raya. Baru di seberangnya ada desa, ia jatuh bersimpuh lemah di jalan. Menatap remang jalan, berharap ada kendaraan yang lewat. Memang ada beberapa motor dan mobil, tapi mereka berlalu begitu saja. Mungkin mereka mengira ia hanya gadis gila yang ingin bunuh diri, atau sedang patah hati. Akhirnya ia mulai berjalan menyusuri jalanan, ia tak tahu yang ia tuju itu adalah arah menuju Jakarta atau justru sebaliknya. Yang terpenting ia berjalan, nyatanya ia bisa keluar dsri hutan dan sampai di jalan raya. Ia percaya Tuhan masih melindunginya.

Kedua tangannya menyilang di depan dada, memegang lkedua lengannya dan mengusapnya untuk mengurangi rasa dingin di seluruh tubuhnya.

Erik memgantar Aline pulang karena malam sudah naik, ia tak mau terkena masalah. Apalagi setelah tahu ayah gadis itu adalah seorang perwira tinggi kepolisian.

"Kak Erik, aku mau ikut nyariin kak Sonia!" rengeknya meski ia sudah berada tak jauh dari gerbang rumahnya. Erik tersenyum, "terima kasih Lin, tapi sebaiknya kamu istirahat aja. Ini udah malama, nanti kamu kena marah sama papa kamu!" saran Erik.

Aline menekuk wajahnya, "ya udah, tapi kalau ada perkembangan kasih tahu ya kak!" pintanya. Erik mengangguk lalu segera memutar motornya dan segera pergi. Sebenarnya ia ingin bertanya kepada Aline apakah gadis itu mengenal Dimas? Tapi saat ini, Sonia adalah prioritas utama.

 

Sonia masih berjalan gontai di jalanan yang hanya di lewati beberapa kendaraan saja, entah sudah berapa jauh dirinya berjalan? Rasanya, kakinya pegal sekali. Tapi ia belum bertemu satu kendaraan pun yang bisa ia tumpangi, semua yang lewat tadi adalah kendaran-kendaraan pribadi. Sekarang yang ia temui di sepanjang sisi jalan, hanyalah pepohonan tiang-tiang lampu penerangan. Tak ada rumah penduduk. Rasa ngeri kembali menyergap nadinya. Jika ada begal atau perampok, nyawanya pasti akan melayang karena ia tak punya apa-apa yang bisa ia berikan, selain nyawa dan...sesuatu yang melingkar di lehernya. Tapi ia tidak akan pernah memberikan itu kepada siapapun. Meski nyawa taruhannya.

Beberapa kendaraan melintas lagi, dan sebuah motor harus berhenti perlahan. Mendekatinya karena merasa iba, mungkin gadis itu tersesat, atau di usir oleh orangtuanya! Motor itu berhenti di depannya, membuatnya harus menghentikan langkah. Sang pengendara turun dan mendekat padanya, keduanya tercenganga. Terpaku.

"Sonia!" serunya. Mulut Sonia hanya bergemeretak oleh gigirnya yang beradu karena gigil yang menyerangnya, ia tampak gemetaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun