Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 24 - 2 ; Apa Salahku!

4 Juni 2016   05:27 Diperbarui: 4 Juni 2016   07:06 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakura, suttherstock.com"

"Tak ada tempat lain om!" timpal Dimas, "saat bersamaku, paling kami hanya makan lalu ke bengkel Gio. Aku yakin ada yang tidak beres, perasaanku sangat tidak enak!"  

"Aku juga merasa begitu, pasti terjadi sesuatu padanya!" sambung Rocky. Ia menyisir rambutnya dengan jemari, "kita harus menemukannya!" paniknya.

"Tunggu," seru Erik tiba-tiba. Ia sedikit menunduk untuk mengingat-ingwt, "aku pernah memergoki Ryan di kamar Sonia dan hampir saja berbuat tak pantas, setelah itu saat hendak berangkat kerja, Ryan membawa teman-temannya mencegat kami. Dari gelagatnya, dia memang mengincar Sonia!" jelas Erik.

"Ryan!" desis Dimas,

"Ryan!" guman Rocky. Ia ingat pagi itu ia dan Alan yang kebetulan lewat menyelamatkan Erik dan Sonia dari sekelompok anak SMU, dan anak-anak itu juga yang mencegatnya tempo hari, menghajarnya dan mengancamnya untuk menjauhi Sonia. Rocky memandang orang-orang itu satu persatu.

"Aku ingat anak itu, jadi namanya Rik?" tanyanya. Erik mengangguk, Rocky memegang mulutnya sejenak, "tempo hari dia mengeroyokku, dan mengancam agar aku menjahui Sonia. Apakah mungkin, Sonia bersamanya saat ini?"

"Di, kamu kan sudah lama mengenal Ryan. Apakah menurutmu...?" tanya Erik, "aku dan Ryan memang bermusuhan sejak kecil, dan aku tahu...sejak pertama kali...dia memang sudah mengincar Sonia. Tapi setahuku, dia tak pernah serius mengejar seorang gadis, itu ...sedikit aneh!" sahut Dimas.

"Tapi nggak salah kalau kita coba datangin Ryan, siapa tahu dia memang membawa Sonia!" usul Gio. Mereka saling berpandangan.

Sonia berhasil memotong tali yang mengikat tangannya, ia juga segera membuka sapu tangan di mulutnya itu. Akhirnya ia bisa bernafas lega, menyila dahinya yang berpeluh dengan punggung telapak tangannya karena telapak tangan bagian depan terasa perih, ia menatap kedua telapak tangannya yang bercampur warna merah, beberapa bagian sobek saat ia menggesek-gesekan serpihan batu tajam itu ke tali yang mengikat tangannya di belakang. Lalu ia menatap sekeliling dan bangkit berdiri perlahan. Ia tak tahu ada dimana, dan harus berjalan kemana untuk bisa keluar dari hutan itu. Tapi ia harus berjalan, ia tak mau jadi penunggu hutan. Sambil menahan perih di sekujur tubuhnya, ia coba tak hiraukan rasa sakit itu. Dalam hati ia berseru, Aku harus keluar dari sini!

"Kenapa tak ada tanda-tanda kehidupan di sini, tak adakah yang bisa ku mintai tolong?" desisnya sendiri, "Tuhan..., tolong aku untuk keluar dari hutan ini!"

Ia terus menyusuri hutan, entah kemana langkah kakinya membawanya, tapi ia berharap ia tak sedang berjalan semakin masuk ke dalam hutan yang gulita itu. Sesekali ia akan berhenti untuk mengistirahatkan tubuhnya, untung saja kepalanya tak terbentur batu hingga ia tak celaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun