Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 24 - 2 ; Apa Salahku!

4 Juni 2016   05:27 Diperbarui: 4 Juni 2016   07:06 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakura, suttherstock.com"

Sebelumnya, Wild Sakura #Part 24-1 ; Pertarungan Dua Hati

 

Sonia menggerakan kepalanya perlahan, ia mulai tersadar setelah sempat pingsan beberapa menit. Rasa pening memusuki isi tempurungnya, ia meringis untuk meredamnya. Sebuah ringisan dan raungan kecil harus tertahan oleh kain yang membuat ujung bibirnya kian terasa perih. Sepertinya robekan kecil akibat tamparan itu melebar gara-gara saputangan yang membekap mulutnya, ada cairan merah yang merembes hingga hampir menyentuh dagu. Ia membuka matanya dan menggerakan tubuhnya yang masih terikat. Beberapa anggota tubuhnya juga terasa perih akibat baretan tanah kering dan semak berduri, ia mencoba untuk bangkit. Tapi saat ini tenaganya seolah menguap entah kemana, rasa pening masih cukup membuat kepalanya berdenyut. Rembesan bulir bening kembali mengalir dari matanya, ia menangis. Tapi hanya dengungan yang menggema.

Ingin sekali ia berteriak, tapi percuma saja. Ia hanya mampu berguman di balik saputangan yang baunya tak sedap, isakan lembutnya hanya bisa di dengar oleh rerumputan dan pepohonan. Tapi mereka tak akan bisa membantu untuk melepaskan ikatan super kuat di tangannya.

Tapi menangis saja juga tidak akan membantu, ia tidak akan bisa membawanya keluar dari hutan ini. Iapun mencoba mengontrol emosinya, memiringkan tubuhnya perlahan. Mengumpulkan energi yang masih tersisa, iapun bangkit untuk duduk. Tapi untuk berdiri ia membutuhkan bantuan, tapi siapa yang akan membantunya?

Akhirnya iapun merangkak mundur dengan bersusah payah untuk sampai ke sebuah pohon terdekat darinya. Ia menyandarkan punggungnya di tubuh pohon itu, diam untuk mengatur nafas. Hari sudah gelap, tak ada penerangan di sana kecuali beberapa biji bintang di angkasa. Beruntungnya dedaunan pohon-pohon di sana tak terlalu rindang hingga cahaya bulan separuh yang mulai terang masih bisa menerabas. Ia melirik ke segala arah, berharap tak ada binatang buas yang akan datang menyergap. Ia tahu ia harus melepaskan ikatan itu, tapi bagaimana? Ia tak mungkin bisa menemukan pisau di hutan ini.

Ia menelonjorkan kakinya yang terasa pegal dan nyeri, kaki itu menyentuh sesuatu, seperti batu. Iapun menggerakan kakinya untuk memastikannya. Lalu menghentakannya ke benda itu, "auw!" raungnya. Terasa sakit belakamg betisnya. Itu memang batu, ia kembali merangkak, kali ini ke arah batu itu. Dengan tangan terikat di belakang ia menggapai batu itu, ternyata ada beberapa butir batu dengan bentuk yang tak rata. Satu ide muncul di benaknya. Jika ia bisa menemukan sisi batu yang tajam, ia bisa menggunakannya untuk memotong tali yang mengikat tangannya. Sayangnya tak ada yang benar-benar tajam. Jadi ia mengambil satu batu yang sedikit besar dan satu sedikit kecil, lalu mengadukannya berkali-kali dengan kuat. Berharap ada bongkahan yang yang bisa ia ciptakan, tenaganya mulai terkuras dan kedua batu itu belum ada yang terpecah. Ia berhenti melakukan itu sejenak untuk mengistirahatkan tangannya yang terasa pegal. Lalu kembali melakukan itu dengan kuat, setelah beberapa kali hentakan salah satu batu itu terbelah menjadi tiga. Ia pun meraba-raba tanah untuk mencari yang paling tajam, akhirnya ia berhasil. Dengan segera ia menggunakan pecahan batu itu untuk memotong talinya, tak mudah memang, tapi ia tidak akan menyerah.

 

"Ini aneh, jika Sonia tiba-tiba menghilang!" seru Erik. Saat ini, Gio, Bayu dan Ian juga sudah berkumpul di kos. Tak ada orang lain lagi yang Sonia kenal dekat selain mereka semua.

"Bagaimana kalau ke pantai, dia bilang dia sangat suka pantai. Tempo hari aku sempat membawanya kesana, dan dia bahkan masih disana saat aku pergi!" tukas Rocky. Semua orang mengarah padanya,

"Rocky benar!" sahut Edwan, "kita harus mencarinya kesana, tapi alangkah baiknya jika kita berpencar. Sebagian pergi ke tempat lain yang sering Sonia kunjungi!" usulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun