Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 24 - 1; Pertarungan Dua Hati

27 Mei 2016   11:55 Diperbarui: 28 Mei 2016   07:35 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Peganglah kuat-kuat kalau kamu tidak mau jatuh!" suruhnya lalu melepaskan Sonia. Tubuhnya Sonia hampir terjatuh, maka ia segera memegang akar itu kuat-kuat, "hemmmm...!" aroma ketakutan tersebar jelas dari nada suaranya. Joni tersenyum getir karena berhasil membuat gadis itu ketakutan.

Sebisa mungkin Sonia menahan tubuhnya dengan memijakan kakinya di tonjolan tanah yang rapuh. Ia berpegang kuat pada akar di belakang tubuhnya.

"Lebih baik kamu diam di situ dan jangan pernah kembali ke kota, karena jika aku melihatmu lagi di sana. Mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi padamu!" ancamnya lalu memberi isyarat kepada semua anak buahnya untuk meninggalkan tempat itu.

"Hem...hemmmmemmm...!" teriak Sonia. Ia menoleh ke arah orang-orang itu yang mulai berjalan menjauh.

"Bos, kenapa kita biarkan dia hidup bos?" tanya Tio,

"Kita tak dapat perintah untuk membunuhnya, hanya menjauhkannya saja!"

Sonia masih bisa mendengar percakapan itu. Ada seseorang yang menyuruh mereka untuk menjauhkannya, tapi menjauhkannya dari apa, atau siapa? Yang jelas mereka pasti bukan suruhan Remon. Karena sepertinya Remon Mahendra lebih suka terjun langsung, bukan bersembunyi di balik tangan-tangan algojo seperti orang-orang itu!

Sonia menatap jurang di bawahnya, pegangan tangannya terhadap akar itu mulai melicin. Ia berusaha keras untuk menahan tubuhnya dengan kakinya, tapi tonjolan tanah di bawah kakinya itu sepertinya mulai meretak. Ia tak mau mati sekarang, tidak di tempat ini! Airmata mulai mengalir di pipinya,

Tapi ia tak boleh menyerah, ia sudah berjanji di depan makam ibunya, ia tidak akan menyerah dengan apapun sebelum menemukan ayahnya. Bahkan dengan maut sekalipun. Meski rasa takut sudah menjalar di tubuhnya, tapi ia harus bertahan. Mentari tenggelam perlahan-lahan, menyisakan semburat jingga di ufuk barat. Sewarna dengan ketakutannya yang mulai menjadi saat tanah di bawah kakinya ia rasakan bergerak menggembur lalu hancur. Menghambur ke bawah, membuat kakinya bergelantungan, untungnya ia masih bisa berpegang kuat terhadap akar di belakangnya meski tubuhnya mulai merosot ke bawah, "hem...hemmmemm!" ia mencoba berteriak minta tolong. Tapi hanya itu yang keluar dari mulutnya, bahunya mulai terasa sakit karena tubuhnya perlahan tertarik ke bawah. Sementara tangannya yang terikat di belakang harus bisa perpegang kuat pada akar itu. Tapi jika ia memaksakan diri untuk terus berpegangan akar sementara tubuhnya meluncur ke bawah, kedua tangannya bisa patah.

Tuhan...selamatkan aku. Kirim seseorang untuk membantuku!

Ia hanya mampu berdoa dalam hati dengan airmata berderai. Sementara Dimas, Erik dan Rocky sedang kebingungan memikirkan dimana Sonia berada, dan Aline masih asyik menatap Dimas. Bahkan Edwan harus membelokan mobilnya yang tadinya hendak menuju ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun