Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 22 ; Aku Jatuh Cinta pada Kalian Berdua

18 Mei 2016   16:30 Diperbarui: 24 Mei 2016   06:28 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remon menatapnya lebih tajam, ia memang tampan meski sudah berkepala empat. Banyak gadis begitu mudah ia rayu bukan hanya karena uangnya saja, tapi karena parasnya, fisiknya, dan pesonanya. Tapi baru kali ini ada gadis miskin yang menolaknya tegas, dan itu membuatnya justru kian penasaran. Rasanya ia mulai mengerti kenapa putranya jatuh hati pada gadis ini?

Tapi ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bagaimanapun Dimas berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dari sekedar seorang mantan napi, meski gadis itu teramat cantik dan tidak murahan.

"Kita lihat saja nanti," ia memberi isyarat agar kedua orangnya melepaskan Sonia dan keluar lebih dulu. Kini hanya ada dirinya dan Sonia di ruangan sempit itu, dan gadis itu menatapnya seperti pedang. "kamu tahu, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Selalu!" katanya lalu beranjak. Kalimatnya seolah sebuah ancaman. Sonia tahu bagaimana prestasi pria itu terhadap para gadis muda, dan ia juga mengerti ucapannya, tiap detailnya. Sorot matanya, ia tahu pria itu menginginkan dirinya sama seperti saat menginginkan para gadis yang sudah menyerahkan diri mereka padanya. Dan pasti dia akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan apa yang di inginkannya.

Meski terselip rasa takut di hatinya, tapi ia tetap mencoba meneguhkan hatinya sendiri. Bahwa ia tidak akan membiarkam pria itu menang. Ia akan buktikan, bahwa tak seorangpun bisa membelinya dengan apapun. Kalau saja pria itu bukan papanya Dimas, ingin sekali tadi ia meludahi wajahnya. Dan mengetahui kenyataan bahwa pria itu adalah papanya Dimas, rasa nyeri mulai merayapi sekujur tubuhnya. Bagaimana seorang ayah dan anak bisa berbanding terbalik 360°?

Sebutir airmata meleleh di pipinya, apakah setiap gadis miskin yang dekat dengan pria kaya itu selalu di identikan dengan murahan, matre, dan semacamnya?

Erik baru sampai ketika Sonia hendak menutup pintu, melihat mata gadis itu memerah iapun segera bertanya dan menghampiri, "Sonia, kamu kenapa?" tapi Sonia tak menjawab, hanya sedikit menunduk saja.

"Tadi itu mobil siapa?"

"Bukan siapa-siapa, salah alamat. Rik, aku ngantuk!" katanya menutup pintu, "tapi Son...!" Erik tak berhasil melanjutkan kalimatnya. Ia bahkan belum sempat bertanya tentang pemecatannya dari kedai soto. Tapi ia tahu pasti sudah terjadi sesuatu yang buruk terhadap gadis itu. Belakangan ia jarang sekali memperhatikan Sonia, bahkan mulai pulang agak larut karena harus mengantar Aline dulu.

* * *

Pagi itu Remon terkejut ketika membuka pintu kamar putranya, Dimas tak ada di sana. Seragam dan tas sekolahnya juga, padahal kata bibi' Dimas masih ada di kamar. Motornya juga masih di garasi. Jadi anak itu sengaja pergi pagi-pagi?

Tapi tak di pungkiri, buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Sifat keras dan keteguhan Dimas memang sama seperti dirinya, bedanya..., hanya pandangan mereka tentang wanita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun