"Kalau kamu mau di sini juga nggak apa-apa kok Son, aku bisa tidur dimana aja!" sahut Gio yang baru keluar dari kamanya, aroma sabun menyebar begitu saja. Gio ikut duduk di sisi Sonia, "nggak Yo, aku mau pulang aja!"
"Kamu lagi menghindari seseorang, ehm...si Rocky ya?" terka Gio. Sonia terdiam. Seolah meng-iyakan, "atau...kamu mau aku telepon Dimas aja?"
"Dimas, nggak Yo. Nggak perlu!" tolaknya.
"Ya udah, kalau emang mau pulang, yuk!" katanya seraya berdiri, Sonia menatap ibu Gio, "bu, Sonia pamit dulu ya. Terima kasih udah boleh singgah!"
"Ibu senang kok, kamu kesini. Lain kali jangan sungkan main, anggap rumah sendiri!"
"Terima kasih banyak bu!"
Baik Gio maupun Sonia segera keluar rumah. Oya, Gio baru ingat. Pulang sekolah tadi kan, Dimas di jemput paksa sama papanya. Padahal, rencananya ia akan menjambangi Sonia dan membiacarakan kembali percapakan waktu itu, jadi..., Dimas pastilah belum sempat bicara lagi dengan Sonia. Dan saat ini mungkin Sonia masih galau dan dilema antara Dimas dan Rocky.
Sesampainya di kos Sonia, Gio langsung pamit saja karena sepertinya Sonia butuh istirahat, terutama mengistirahatkan pikirannya, tapi ia janji jika Sonia mau cerita ia juga siap mendengarkan.
Rocky kembali mencoba menghubungi Sonia, tapi hpnya masih tidak di aktifkan. Ia masih berada di dalam mobil meski sudah di halaman rumahnya. Ia yakin, Nancy pasti sempat mengajak Sonia berbicara. Dan nampaknya Nancy mengacam Sonia sehingga gadis itu menjauhinya. Kalau sudah kepalang basah begini ya...mau bagaimana lagi. Ia tak perlu lagi terus menjadi boneka dua keluarga itu, ia bisa terus terang tentang keinginannya membatalkan pertunangannya dengan Nancy. Tak peduli bagaimana pun tanggapan kedua keluarga itu, atau amarah yang akan meledak. Ia tak peduli lagi!
Begitu ia memasuki rumah suara papanya langsung menghardiknya.
"Kenapa kamu diam, jawab!"