Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [52]

21 September 2021   17:38 Diperbarui: 21 September 2021   17:41 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jalanan memang terlihat agak padat, jadi Hyunbin oppa tidak bisa berkendara dengan cepat.

"Dongsun sakit dan dia sendirian di rumah, aku jadi mengkhawatirkannya," ceritaku, mencoba menelepon Dongsun lagi.

"Kurasa pekerjaannya yang baru membuatnya cepat lelah ya. Ketika Outing kita kemarin, kulihat dia agak kurus. Dia juga jarang masuk ke kelas. Tapi yang membuatku kagum padanya, dia pasti langsung menyelesaikan tugas-tugasnya," ujar Hyunbin oppa yang matanya berkonsentrasi pada jalanan di hadapannya ketika mengobrol, "dia benar-benar pekerja keras ya."

"Dia sangat perfeksionis, oppa."

"Sudah kuduga. Aku akan coba cari jalan alternatif supaya kita bisa lebih cepat ya."

"Terima kasih, oppa."

Butuh waktu satu setengah jam lama perjalanan kami hingga aku sampai di apartemen Dongsun. Aku pamit dengan terburu-buru pada Hyunbin oppa dan berlarian menuju lift dan setelah keluar dari lift. Aku menekan bel dan menunggu... tapi tidak ada reaksi. Aku lalu menekan bel lagi... tapi masih tidak ada suara. Apakah Dongsun tidur? Atau apakah... Ah, berhenti memikirkan hal-hal negatif, Eunyul! Aku menekan kode dan masuk saja ke dalam apartemen mereka, dan apartemen tampak gelap. Berarti kemungkinan besar, Dongsun masih sendirian. Aku mencoba mengecek dapur, tapi dapur tampak sepi. Aku mengetuk pelan pintu kamarnya, tapi tak ada suara apapun. Aku akhirnya memutuskan untuk masuk saja ke kamarnya, dan aku sedikit lega, melihat Dongsun tidur di ranjangnya. Aku duduk di ranjang dan menggoyangkan tubuhnya pelan-pelan.

"Dongsun-ah..."

Tapi Dongsun tidak bergerak. Posisinya tertidur membelakangiku, jadi aku tidak yakin dia terbangun atau belum. Aku meletakkan telapak tanganku di dahinya, tapi dia tampaknya tidak demam.

"Dongsun-ah... ayo bangun. Ayo kita bicara. Apakah kau marah padaku?"

Sekilas, aku melihatnya bergerak, meski dia bergerak dengan sangat pelan, bahkan hanya lengannya saja yang bergerak. Oke, kurasa dia sebenarnya sudah bangun. Jadi, kemungkinannya adalah, dia marah padaku. Berarti aku harus membujuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun