"Sudahlah, nanti aku temui dia saja. Meski aku pulang malam hari ini, aku akan sempatkan ke tempatnya."
"Ya. Aku sebenarnya juga mau menemuinya, tapi... kalau Chungdae hyong tau, nanti dia semakin salah paham."
Sekarang memandangi Donghyun jadi lebih menarik untukku, karena sepertinya aku tau apa arti ekspresi wajahnya.
"Kau masih benar-benar mencintainya ya?"
Donghyun menoleh dan tersenyum padaku, "itu masih terlihat sekali ya?"
"Kalau orang-orang tau sejarah itu... pasti akan bisa melihatnya di matamu. Oh Donghyun..."
"Stop. Aku tau aku menyedihkan, tapi jangan suruh aku melupakan Choeun noona seperti saran Dongsun hyong padaku. Aku tak bisa, noona. Percayalah, aku sudah mencobanya."
Kasian sekali Donghyun. Dia begitu tampan dan dia bisa punya pacar bahkan lebih cepat dari kecepatan cahaya kalau dia mau, tapi sepertinya dia mendedikasikan hatinya untuk Choeun.
"Noona? Noona?"
Aku tersadar dari lamunanku. Dongsun sudah di hadapanku dan kami rupanya berdiri di pinggir lapangan. Pertandingan sudah berakhir.
"Ada yang noona pikirkan?"