"Strategi apa?" tanya Donghyun yang mendadak muncul di sisiku.
"Kau membuatku kaget!" keluhku sambil melayangkan tinju ke lengannya.
"Maaf noona."
"Oh Donghyun, kau datang lagi, liburan membosankan ya?"
"Kuakui memang agak membosankan, hyong. Kapan hyong ada waktu bebas? Ayo kita main basket atau apalah."
"Hari Jumat depan aku ada libur. Bagaimana kalau hari itu?" tawar Bojin.
Aku mendengus perlahan. Lucu sekali rasanya melihat Bojin dan Donghyun. Aku jelas bisa merasakan Donghyun tidak suka pada Bojin ketika pertemuan pertama mereka, tapi lihat apa yang terjadi berikutnya? Mereka seperti sahabat sekarang. Eh tapi kalau mau dibilang sahabat juga belum bisa sih... mereka hanya senior dan junior di klub basket kampus. Entahlah, menurutku "keakraban" mereka ini agak sedikit aneh.
"Tapi Jumat depan kita sudah masuk kuliah hyong," jawab Donghyun sambil mengeluh, yang membuatku tertawa ringan.
Keluhan Donghyun memang khas, aku selalu ingat itu, karena dia selalu melakukannya sejak aku pertama kali mengenalnya di kelas 1 SMP. Kurasa nalurinya sebagai anak bungsu benar-benar tidak bisa membohongi orang. Kedua pria ini masih mengobrol dan tawar menawar soal kapan mereka bisa latihan basket ketika aku melihat ada empat wanita paruh baya berdiri di luar caf dan menunjuk-nunjuk caf. Ada apa? Mengapa mereka ragu-ragu untuk masuk? Beberapa karyawanku juga ragu untuk mengajak mereka masuk, karena wanita-wanita itu belum masuk enter zone dimana ketika mereka berada di area itu, karyawanku pasti akan menjemput mereka masuk. Jadi kurasa biar aku saja yang menanyakannya. Aku meninggalkan tempatku dan melangkah keluar.
"Selamat siang, ibu... apakah mau coba bersantai di caf kami? Ayo, biar saya antar ke dalam."
Dengan sedikit membungkuk sambil memberi salam, aku berjalan mendekati mereka. Salah satu wanita itu memandangiku dari kepala sampai ke ujung kakiku, membuatku sedikit tidak nyaman.