Aku cepat-cepat menghabiskan makananku dan membereskan apa yang aku bisa sebelum berterimakasih padanya dan kembali bekerja di depan laptopku. Sudah jam 7 lewat saat ini dan kami tidak berbincang tentang apapun setelah itu. Sebenarnya aku tidak suka suasana menjadi canggung saat ini, tapi aku masih merasa sangat panas mengingat segala kenangan dan kata-kata yang diucapkannya tadi. Enak saja dia mau kembali begitu saja ke kehidupanku setelah mencampakkan aku seperti itu? Apalagi aku sekarang punya Dongsun. Gila saja aku mau meninggalkan Dongsun untuk kembali kepadanya yang, entahlah, seperti apa wataknya sekarang. Perutku terasa tidak nyaman lagi. Mungkin tadi aku terlalu lapar dan makan terlambat. Lebih baik aku pulang saja, lagipula aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku. Sebenarnya aku ingin mampir ke tempat Dongsun, tapi dengan keadaanku yang begini... aku harus menundanya sampai besok.
"Oh, Eunyul, kau sudah selesai?" tanya Hyunbin oppa memecah keheningan.
Aku sibuk membereskan mejaku sekarang.
"Ya, jadi aku akan pulang. Sampai ketemu lagi."
"Apa yang kau katakan? Aku akan mengantarmu pulang."
"Aku tidak ingin merepotkanmu, oppa. Aku bisa naik bus dan aku akan sampai ke rumah dengan cepat. Aku tinggal tak jauh dari sini."
"Perutmu sakit?"
Sial, bagaimana dia bisa tau? Padahal aku berusaha tidak memegang perutku. Apakah karena suaraku terdengar lemah? Hyunbin oppa menghampiriku dan memapahku.
"Ayo ke rumah sakit," ajaknya, "kalau kau benar-benar tidak apa-apa setelah itu, kau boleh memilih aku untuk mengantarmu pulang atau tidak."
"Aku tidak sesakit itu untuk ke rumah sakit sekarang, oppa."
Kami keluar dari ruangan dan Hyunbin oppa masih memapahku. Kejadian ini mengingatkanku pada saat malam Natal. Apakah Dongsun akan muncul lagi seperti waktu itu? Haruskah aku menghubunginya? Tapi aku takut aku malah akan membuatnya khawatir dan merusak liburannya. Perutku memang sakit tapi biasanya tidak sesakit ini. Aku bahkan menurut saja ketika Hyunbin oppa memapahku sampai masuk ke mobilnya.