"Kupikir aku tak akan mendapat kado."
Kami berdua tertawa. Choeun noona menyodorkan sebuah mug dari tangannya yang sedari tadi disembunyikan di balik tubuhnya. Aku sengaja tidak mengambil mug berwarna merah itu, aku malahan menunduk untuk membaca tulisan dengan warna hijau terang yang nampak disana.
"Dear Chungdae, you're so lucky to have me as your fiance, your life would totally suck without me, you are welcome," bacaku perlahan lalu tertawa, "apa ini noona?"
"Tapi yang tertulis itu benar kan?" dia bertanya balik sambil tersenyum lebar.
"Ya, aku akui itu benar..."
"Dan sebelum kau mengucapkan terima kasih, aku tau kau akan mengucapkan itu, jadi you are welcome!"
Aku tertawa lagi. Noona-ku sangat menggemaskan.
"Lihat di sisi yang ini, kucetak foto kita berdua. Kau ingat kan foto ini kuambil waktu pertama kali kita berfoto..."
Sebelum dia selesai bicara, aku sudah menariknya mendekat pada pinggangnya dan dengan ekspresi terkejut, dia menatapku. Aku bisa merasakan jantungnya berdebar keras di rongga dadanya. Aku suka melihatnya dari dekat begini, ditambah ekspresi terkejutnya yang menggemaskan. Segala tentangnya memang sangat menggemaskan untukku.
"Chungdae! Kau mengagetkanku! Hampir saja kujatuhkan mug-nya!" protesnya sambil melotot.
"Maaf noona... dan... terima kasih."