"Tidak usah. Aku benar-benar masih bisa melihatmu."
Sebenarnya aku juga masih bisa melihatnya dengan cahaya temaram yang menyusup lewat jendela besar di belakang meja kerjaku. Mata Chungdae menatap lurus ke dalam mataku dan membuat jantungku berdebar keras.
"Aku sebenarnya masih lapar."
"Kan, tadi sudah kubilang apa kau masih mau makan lagi, tapi kau menolaknya."
"Tapi aku ingin sesuatu yang lebih manis dari kue."
"Hmm? Apa itu?"
"Apa kau gugup, noona? Kenapa wajahmu begitu merah? Kau terlihat seperti stroberi."
"Berhenti menggodaku."
Sia-sia saja betapa kuatnya aku mendorongnya di dadanya, wajahnya makin mendekat dan aku membeku ketika hidungnya menyentuh hidungku. Lalu ketika bibirnya perlahan menciumi bibirku, yang kutau adalah aku malahan memeluk tengkuknya dan membalas ciumannya. Aku lupa betapa aku merindukan ciumannya juga. Dan setelah tidak pernah melakukan ini selama beberapa waktu... rasanya benar-benar berbeda. Ah, aku pastilah sangat merindukannya.
You keep flickering before my eyes
When I see you, my heart starts pounding