Dan waktu rasanya cepat sekali berlalu sampai ketika aku selesai menceritakan tentang Eunyul eonni yang akan bekerja dan berkuliah di universitas dimana Chungdae akan berkuliah disana juga, senja sudah lewat dan beberapa pemanas sudah dibawa ke taman belakang. Pengunjung masih berdatangan dan mulai ada antrian kecil di depan kaf.
"Noona, mulai agak dingin. Ayo kita ke kantormu saja."
Aku menyetujuinya karena kantorku akan lebih hangat sekarang.
"Baik, naiklah dulu, nanti aku akan menyusul," pintaku.
Aku membereskan meja dan akhirnya menyusulnya naik ke kantorku lima menit sesudahnya. Pintu kantor terbuka tapi tidak ada lampu yang dinyalakan. Aku masuk dan tidak bisa melihat dimana Chungdae, lalu memutuskan menutup pintunya dulu.
"Chungdae, kenapa kau tidak menyalakan..."
Betapa kagetnya aku ketika berbalik, Chungdae sudah di hadapanku, meletakkan telapak tangan kanannya di pintu, tepat di samping sisi kepalaku.
"Kau mengagetkanku!"
"Tidak perlu menyalakan lampu, aku tetap bisa melihatmu dengan jelas," bisiknya.
Aku merinding mendengarnya berbisik, bukannya aku tidak suka, tapi ini membuatku malu. Aku berusaha keluar dari sisi satunya, tapi dia meletakkan satu telapak tangannya lagi ke sisi tubuhku dan mengunciku sepenuhnya.
"Ayo kita nyalakan lampunya!"