"Kurasa sajangnim harus menemani Chungdae-ssi. Biarkan aku yang melayani kalian hari ini."
"Sangyoo-ssi, kau memang yang terbaik!" puji Chungdae sambil mengacungkan jempol padanya, "aku mau menu terbaik. Dua minuman dan dua kue."
"Baik, akan segera datang!"
"Yakin kau akan kenyang dengan itu? Apa sekarang makanmu jadi sedikit?"
Aku menelusuri bentuk tubuh Chungdae tapi dia tidak tampak kurus, lengannya lebih berotot dari terakhir kali aku melihatnya, dan perutnya tidak seramping dulu. Itu artinya dia makan cukup banyak, syukurlah.
"Tak apa, nanti aku akan makan lagi di rumah," ujarnya sambil mengelus rambutku.
Aku tersenyum sambil menempelkan pipiku ke telapak tangannya ketika butiran berwarna putih jatuh ke dalam cangkir yang baru diletakkan Sangyoo-ssi di hadapan kami.
"Ah, salju pertama!"
"Ingatkah noona bahwa ini hanyalah kali kedua kita melewati musim dingin bersama?"
"Ya, walaupun seharusnya kita bisa melewatkan tiga musim dingin," jawabku sambil mendongak dan membiarkan butiran itu jatuh ke wajahku.
"Jadi beritau aku, aku ketinggalan berita apa?"