"Ah tak apa noona, aku akan menunggu saja disini, aku hanya antrian ketiga kan?"
"Kau yakin? Tidak terlalu panas sekarang?" tanyanya sambil melihat ke arah matahari dan mengeluh sedetik sesudahnya.
Aku tertawa kecil. Rasanya Choeun noona tidak terlihat seperti berumur 29 tahun, dia bahkan terlihat seperti wanita muda sebayaku. Tak banyak yang berubah darinya semenjak aku mengenalnya pertama kali enam tahun yang lalu. Dia bahkan terlihat semakin cantik seiring berjalannya waktu.
"Tidak apa noona, bahkan anginnya agak sedikit dingin."
Aku melirik mini dress-nya yang agak tipis dan melepaskan jaketku, lalu menyampirkannya ke bahunya yang ramping.
"Oh, terima kasih Donghyun."
"Masuklah noona, pasti sangat sibuk di dalam."
"Baik, aku akan menunggumu di dalam."
Aku tersenyum pada sosoknya yang berlarian masuk lagi ke dalam kafe. Kisah kami sangat panjang sebenarnya, dan aku seharusnya tidak boleh memiliki perasaan seperti ini lagi terhadapnya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk berbahagia jika dia berbahagia, tapi semenjak Chungdae hyong pergi wajib militer... aku mulai mengerti bagaimana sulitnya mengendalikan perasaanku padanya. Aku mencintainya dan ternyata tidak pernah, meski sedetikpun, berusaha keras untuk menghilangkan perasaan ini padanya. Tentu aku tidak akan merebutnya dari Chungdae hyong, seseorang yang sudah kuanggap sebagai hyongku sendiri selain Dongsun hyong. Tapi kurasa, mencintai Choeun noona tanpa mengharapkan balasannya, bukanlah dosa kan?
"Selamat datang Donghyun-ssi," sapa Sangyoo-ssi, salah satu waitress yang kukenal sebagai waitress yang bergabung sejak pertama Million Stars dibuka.
Sudah jelas kenapa dia mengenalku.