"Oh ya, aku baru liat di akun Instagram kafenya. Ya, dia memang tampan," tawa Dongsun hyong.
"Para gadis dibuat histeris olehnya. Dan dia memanggil Choeun noona dengan panggilan 'noona' juga."
Dongsun hyong menatap mataku tajam.
"Mungkin dia lebih muda dari Choeun noona?"
"Ya, katanya dia berkuliah semester empat jurusan arsitektur di Hyojae."
"Oh, berarti dia akan menjadi sunbae-ku."
Terjadi keheningan setelah itu. Pikiranku melayang pada wajah dan suara Bojin-ssi yang memanggil Choeun "noona."
"Kau masih mencintai Choeun noona?"
Aku balas memandangi Dongsun hyong. Aku ingin berbohong padanya, tapi rasanya tak akan ada gunanya, dia akan tau juga pada akhirnya.
"Aku tidak bisa mencintai wanita lain selain dia."
Tapi Dongsun hyong tidak membalas kata-kataku sampai kami berdua tertidur. Dan malam itu aku bermimpi. Aku bermimpi berada di suatu tempat dengan Choeun noona, dan aku menggandeng tangannya. Dia tertawa lepas saat itu, cantik sekali. Aku berharap ini bukan sekadar mimpi. Choeun noona tersenyum dan tertawa saat bersamaku... adalah impianku.
***