Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
- Standing Egg -- Little Star
- Jonghyun & Taeyeon  - Lonely
- ASTRO -- Love Wheel
- TXT -- Magic Island
- GOT7 -- Magnetic
- GOTCHA -- Make Sure Today
- GOT7 -- Miracle
- BTS -- Miss Right
- Mc Kay -- Month of June
- VERIVERY -- My Beauty
MIN DONGSUN'S POV
Aku mengecek tanggalan yang ada di ponselku. Tinggal empat hari lagi. Memang saat pertama kali aku menjalani pelatihan wajib militer, kukira dua tahun itu akan terasa lama. Namun waktu terasa terbang dan berlalu begitu saja, bahkan aku akan dibebastugaskan setelah bekerja hanya dalam kurang lebih 21 bulan. Aku tersenyum ketika menutup kalender, dan memandangi foto wanita yang sangat kusayangi di layar ponselku: Hwan Eunyul. Noona sangat sabar menungguiku, bahkan selama aku berada di wajib militer, aku tidak pernah mendengar dia mengeluh sekalipun, meski aku yakin dia merindukanku, sama banyaknya seperti aku merindukannya. Bukan, mungkin aku sedikit lebih banyak merindukannya daripada dia merindukanku.
"Kenapa sih kau senyum-senyum begitu?"
Sebelum aku sempat bereaksi, Chungdae yang mendadak masuk ke kamar dan duduk di sampingku, merebut ponsel dari tanganku. Ah, biarkan saja bocah ini.
"Eunyul noona, kau pasti merindukannya ya?"
"Ya tentu saja. Masa aku harus merindukan Choeun noona."
"Apa kau bosan hidup, Dongsun?"
Aku mengedikkan bahu dan tertawa keras ketika Chungdae menjatuhkan dirinya ke arahku dan mengarahkan pukulan seribu bayangannya ke sekujur tubuhku. Kami sudah terbiasa melakukan ini sejak kami kecil, bahkan kurasa kami sangat berjodoh, karena setelah tiga bulan aku akhirnya diterima menjadi prajurit di Angkatan Laut, Chungdae menyusulku. Seakan perjodohan kami tidak berhenti sampai disitu, Tuhan juga membiarkan kami tidur di kamar yang sama, dengan dia menempati kasur di tingkatan atas bunk bed-ku yang sebelumnya kosong saja semenjak aku pertama kali menjadi anggota Angkatan Laut. Ngomong-ngomong soal bunk bed, aku merindukan dongsaengku Donghyun. Kudengar darinya tiga bulan lalu, appa akhirnya memutuskan untuk menjual bunk bed itu dan memutuskan untuk menggantinya dengan kasur king size untuk kami, jika kami masih ingin tidur bersama. Memang aneh rasanya, biasanya dua saudara yang umurnya sudah menginjak umur murid SMA, pastilah tidak mau lagi tidur bersama. Tapi tidak seperti halnya aku dan Donghyun. Aku bahkan merasa aneh tidur sendiri, tanpa dia yang sering menendangiku secara tak terduga di malam-malam tertentu. Aku menangkap kedua kepalan tangan Chungdae.
"Hei, kau akan baik-baik saja kan kutinggal sendirian?" tanyaku pura-pura khawatir.
"Kau pikir aku masih anak kecil? Aku akan menyusul kurang dari sebulan lagi!"