Dan seakan bendungan yang kubuat pecah, kuceritakan segala hal yang terjadi semenjak Chungdae menjauhiku dan aku baru saja membuka lukaku yang belum sembuh sepenuhnya ketika aku menceritakan hal yang terjadi di gedung olahraga. Aku menangis sembari bercerita dan Eunyul eonni menepuk pundakku pelan.
"Tak apa... tak apa. Keluarkan semuanya."
"Aku... aku benar-benar lelah," isakku.
"Tapi tidakkah kau merasa aneh?"
"Aneh?" tanyaku sambil mengambil tisu untuk mengusap wajahku, "apanya yang aneh?"
"Sesungguhnya hanya ada 2 kemungkinan. Satu, dia memang hanya bercanda denganmu, dan jika memang itu alasannya, dia benar-benar brengsek dan aku tak pernah menyangka dia begitu. Atau dua, ada sesuatu yang terjadi yang membuatnya dengan rela atau tidak, menjauhimu."
Aku berpikir keras. Tapi kurasa pilihan pertamalah yang lebih masuk akal.
"Ah sudahlah itu hanya prediksiku. Kau harus pulang sekarang dan istirahat yang cukup."
"Ya, kurasa aku butuh tidur," ucapku pelan, "terimakasih eonni, kau selalu mendengarkan aku."
"Itu tak masalah. Sayang aku tak bisa menemanimu pulang, aku mengajar club hari ini."
"Tak apa, aku bisa pulang sendiri."