"Tapi aku tidak menginginkan yang lain selain Meifen, appa."
"Anak bodoh! Kenapa sih kau begitu ingin bersama-sama dengannya? Apa sih keistimewaan dia? Jangan katakan kau sudah menghamilinya..."
Dan aku merasakan genggaman tangan Meifen mengeras.
"Maafkan saya, Tuan Choi, tapi saya masih perawan. Saya tak akan menjual diri saya semudah itu. Saya tidak serendah itu," ucap Meifen dengan suara yang berbahaya.
"Appa, apa appa lupa dialah yang menyelamatkan nyawaku? Kalau tak ada dia, mungkin saja aku sudah mati, appa!" seruku.
"Tentu saja appa ingat! Tapi tetap saja itu bukan alasan untuk membiarkanmu hidup bersamanya, Siwon! Cukup beri dia uang untuk balas budi, kan itu yang benar-benar dia inginkan? Menjual nyawanya untuk harta?" Tanya appa.
"Saya tidak menjual nyawa saya!" seru Meifen, sudah marah.
"Appa! Aku mohon sekali lagi... biarkan aku bersama Meifen..." ucapku, membungkukkan badanku.
"Kalau aku tidak mengizinkan?" Tanya appa.
"Appa... kalau appa tidak mengizinkan... aku... aku akan meninggalkan segalanya. Aku akan meninggalkan marga Choi-ku. Aku bukan lagi Choi Siwon."
"APA KATAMU? KAU BERANI MENGANCAMKU?"