"Kami hebat karena wali kelas kami hebat," ujar Joonki sambil tertawa lepas.
Berikutnya Yeowoo juga menang di cabang lari, sementara Hyeil menunjukkan bahwa dia adalah raja bulutangkis di sekolah kami. Di cabang bowling dan panahan, tak bisa dipungkiri bahwa Donghyun adalah yang terbaik. Kami juga menang di cabang voli. Hanya tersisa sepakbola dan taekwondo, dua cabang terakhir yang pertandingannya akan berlangsung sore ini. Rasanya dukungan seluruh sekolah terbagi dua antara kelas 2B dan 1B. Nama yang paling sering digaungkan adalah Donghyun, Dongsun dan tentu saja Chungdae.
"Semangat Chungdae oppa!" teriak Youngkyong keras.
"Ah ya ya. Berteriak lebih keras supaya pacarmu itu semangat," ujar Chinye sambil tertawa.
"Pacar apa, aku tak punya pacar."
"Sampai kapan kau mau menyangkal itu?"
Benar. Apa yang selama ini kupikirkan? Youngkyong dan Chungdae. Mereka lebih serasi dibanding aku dan Chungdae. Siapa aku ini? Berani-beraninya menganggap perhatian Chungdae untukku lebih dari perhatian murid pada gurunya. Kau bodoh, Choeun!
"CHOEUN APA KAU LIHAT ITU?" teriak Eunyul eonni mengguncang tubuhku.
"Apa yang terjadi?"
"Chungdae baru saja menyelamatkan gawang dari tendangan keras Donghyun! Dia baru saja membuktikan kualitasnya sebagai kiper utama tim sekolah!"
Chungdae terlihat melakukan selebrasi dengan mengangkat tangannya ke arah penonton dengan bangga. Pertandingan berlangsung dengan sangat ketat hingga menjelang akhir pertandingan, setelah Chungdae menyelamatkan gawang sampai dia harus merebahkan diri di rumput, Dongsun mencetak satu-satunya gol kemenangan. Begitu peluit dibunyikan, penonton yang mendukung 2B langsung berhamburan menuju lapangan untuk memberi selamat dan suasana sangat riuh saat itu. Aku berdiri dan berusaha mencari siapapun dalam tim untuk memberikan selamat ketika saat itu aku ditarik dalam pelukan erat.