Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [6]

11 Februari 2020   19:55 Diperbarui: 11 Februari 2020   20:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • NCT DREAM -- Candle Light
  • IOI -- Downpour
  • WANNA ONE -- Home
  • WANNA ONE -- I.P.U Confession Version
  • Henry -- It's You
  • NU'EST -- Love Without Love
  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story

Aku mengecek penampilanku di cermin dan menyadari mataku terlihat agak bengkak. Astaga apakah aku menangis segitu parahnya di saat video call dengan Eunyul eonni? Pasti sangat memalukan. Untung itu Cuma Eunyul eonni, bukan yang lain. Tiba-tiba bel pintuku berbunyi. Oh, mungkin itu makan malam kiriman Eunyul eonni.

"Ya, tunggu sebentar."

Aku tidak mengharapkan melihat Heo Chungdae di depan pintuku sambil membawa bungkusan restoran ayam favoritku dari Eunyul eonni. Dia tersenyum lebar dan rambutnya agak basah seperti baru mandi.

"Miss! Aku merindukanmu!"

"Apa-apaan kau ini."

"Aku delivery man spesialmu malam ini. Aku tidak dipersilakan masuk?"

Akan tidak enak dilihat tetangga kalau dia tetap berdiri di luar seperti itu, jadi aku agak menepi dan membiarkannya masuk. Jadi untuk dua malam berturut-turut dia datang ke tempatku, meski semalam dia hanya kuizinkan mengantar hingga ke depan pintu. Aku tak mengerti kenapa makanan yang dijanjikan Eunyul eonni ada di tangan anak ini? Dengan santai, Chungdae duduk di lantai di atas bantal duduk, diletakkannya bungkusan makanan di atas meja tamu dan matanya sibuk melihat ke sekitarnya.

"Bagaimana bisa...?"

"Kan sudah kubilang, aku merindukan miss."

Aku memutar bola mataku sambil berjalan ke dapur untuk mengambilkan minuman untuknya.

"Miss Hwan tadi mencariku dan meminta bantuanku. Lagipula sudah tugasku untuk memastikan wali kelasku dirawat dengan baik saat dia sakit."

Aku duduk di hadapannya di seberang meja dengan perlahan agar lututku tidak menabrak kaki meja setelah meletakkan segelas air mineral di hadapan Chungdae.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Ya, hingga membuat lututnya luka dan pergelangan tangannya terkilir."

Aku cemberut dan itu membuatnya tertawa. Sial, aku mulai berpikir yang aneh-aneh lagi saat melihatnya tersenyum begini. Dia membukakan makananku dan menatanya di hadapan kami.

"Miss Hwan sangat bijak, dia bahkan membelikan 2 porsi yang kurasa seporsinya untukku."

"Tidak, aku bisa makan 2 porsi."

Dia menggelengkan kepalanya, "oh tidak tidak. Ini pastilah bayaranku."

Aku makin cemberut mendengar pernyataannya. Aku mengambil satu paha ayam dengan tangan kiriku.

"Dimana aku bisa cuci tangan?" tanya Chungdae sambil melihat ke belakangku.

"Maju terus lalu belok kanan, disitu ada wastafel di depan kamar mandi."

Chungdae dengan cepat berlalu dan aku memandangi sumpit dengan putus asa. Sulit rasanya bahkan memegangi sumpit dengan tanganku yang terkilirini.

"Sudah, biar aku saja."

Chungdae mengambil alih sumpit di tanganku, menggantinya dengan sendok dan menyendokkan nasi untukku.

"Aaaaa~"

"Apa yang kaulakukan?"

"Aku sedang menyuapimu miss."

"Kau tidak perlu melakukan itu!"

Chungdae melotot padaku dan sepertinya dia benar-benar ngotot. Aku tidak punya pilihan lain sekarang. Aku makan nasi dari sendoknya dan dia tersenyum puas seolah baru saja berhasil menyuapi bayi.

"Good girl."

"Aku bukan girl!"

"Then good woman?"

"Ya HEO CHUNGDAE!"

Sebelum aku sempat menghajarnya, bel pintuku berbunyi lagi. Dan Chungdae sudah membukakan pintu bahkan sebelum aku berhasil berdiri.

"Donghyun?"

Dalam ketergesaanku berdiri, lututku menabrak kaki meja dan membuatku berteriak kesakitan, "aduh!"

Chungdae dan Donghyun berlarian masuk dan berkata nyaris bersamaan, "miss apa kau baik-baik saja?"

Aku hanya bisa mengerjapkan mataku kebingungan.

"Oh ini, aku hanya mau mengantarkan sup... dari eommaku. Begitu dia tau miss terluka, dia membuatkan ini untuk miss," jelas Donghyun sambil meletakkan bungkusan di meja.

Memang eomma Min Brothers cukup akrab denganku karena aku pernah beberapa kali ke apartemen mereka sejak 2 tahun kemarin karena mereka minta bantuanku dalam menerjemahkan beberapa dokumen ke bahasa Inggris. Aku bahkan memanggilnya eonni karena umurnya yang baru menginjak 40 tahun.

"Oh sampaikan terimakasihku padanya, Donghyun."

"Kalau begitu aku pulang dulu..."

Chungdae merangkulnya, "tidak, tinggallah bersama kami dan ikut makan. Semakin ramai semakin asyik."

"Ya, Chungdae benar. Tunggu disini biar kuambilkan mangkuk."

"Biar aku saja, miss."

Dan Chungdae sudah melesat masuk. Menyenangkan rasanya menghabiskan waktu bersama mereka berdua yang ceria. Setidaknya suasana tidak menjadi canggung seperti saat aku hanya berdua dengan Chungdae. Tapi aku perlu bertemu langsung dengan Eunyul eonni untuk minta pertanggungjawabannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun