Dan dia berjalan sempoyongan ke arahku, mataku mulai kabur, apa karena air mata? Tapi aku melihatnya tersandung sesuatu dan terjatuh, lalu detik berikutnya Hyunjoong juga terjatuh. Shindong jatuh ke jalanan, ditumpuk badan Hyunjoong. Aku kaget setengah mati, tapi suaraku untuk berteriak tak keluar. Aku langsung berlarian menghampiri mereka berdua dan mengguncang mereka.
        "Oppa... Hyunjoong... kalian kenapa?"
Tapi tak ada reaksi dari keduanya. Yang ada hanyalah dengkuran. Sial, mereka tidur di saat begini? Aku berusaha mengangkat Hyunjoong, tapi dia berat, aku tak sanggup... apalagi si Shindong? Aku berlari ke tepian jalan dan berusaha memanggil taxi, tapi tak ada taxi yang lewat. Peluh memenuhi wajah dan tubuhku, aku kepanasan, dan kepalaku pusing. Aku harus menolong mereka... ah, Kibum! Itu mobil Kibum, kan? Aku melambai-lambai ke mobil baru Kibum, Mazda seri terbaru berwarna biru. Dia... harus melihatku...
        "Kibum oppa!" teriakku.
        Dan rupanya itu kata terakhir yang keluar dari mulutku, karena setelah itu aku merasakan sakit karena aku jatuh ke aspal...
Gelap... semuanya gelap... panas... sirami aku dengan air, kumohon! Kerongkonganku kering, kepalaku pusing... perutku... lapar... aku dimana? Aku dimana?
        "Hhh... akhirnya kau bangun juga, Manshi."
        Wajah di hadapanku perlahan jadi jelas. Leeteuk, stetoskop masih menggantung di lehernya. Dia terlihat lega.
        "Kupikir terjadi sesuatu yang parah denganmu, rupanya kau kurang gizi. Kau masih berani bohong padaku," sergahnya resah.
        Aku tak bisa bicara, aku tak kuat bicara. Leeteuk membelai kepalaku sekali dan tersenyum, tak lagi marah.
        "Kau sudah di kamarmu. Tunggu sebentar ya, aku panggilkan yang lain. Semuanya resah karena keadaanmu ini."