"Hahaha... asyik sekali ya hyung..."
        Dan aku tidak menanggapinya. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Setelah 10 menit lagi, akhirnya dia menurunkanku di depan apartemen.
        "Nah hyung, hwaiting!"
        "Hyunjoong, kau tunggu disini. Aku akan cari salah satu dari mereka untuk mengantarmu, hik, pulang..."
        "Ani... tidak perlu repot, hyung, aku bisa pulang sendiri... sampai ketemu lagi hyung... ingat, kabari, hik, aku perkembangannya..." dia mengingatkan.
        "Hei... hei Hyunjoong..."
        Tapi dia sudah melesat pergi. Aku hanya berharap besok tak melihat wajahnya di headline Koran dengan dua kemungkinan. Yang pertama, ditangkap polisi karena mabuk, atau yang kedua, rest in peace. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku ngeri. Aku berusaha menguatkan kakiku untuk melangkah menuju apartemen. Manshi... Manshi... tunggu aku!
        "Ng, ada apa, oppa? Kenapa mengajakku bertemu disini?"
        Aku tidak akan salah dengar kalau itu suara Manshi. Di depan apartemen di bawah lampu jalan, aku melihat Manshi dan Kibummie. Belum terlambat bagiku untuk menyembunyikan diri, jadi aku berlari ke balik semak-semak. Dari sini aku bisa melihat keduanya dari samping. Manshi... sekarang dia memang tampak lebih langsing. Tapi dari sini dia terlihat pucat, mungkin saja karena cahaya lampu yang jatuh ke wajahnya.
        "Manshi... aku tidak mau bicara panjang dengan alasan-alasan apapun. Aku hanya ingin bilang kalau aku menyukaimu. Sejak aku mengenal kepribadianmu yang unik dan lucu, aku merasa hari-hariku lebih berwarna dengan adanya dirimu," jawab Kibummie.
        Jantungku merosot sampai masuk ke rongga perutku. Ani... Manshi, tolong jawablah tidak... tolong jangan terima dia... lihatlah aku disini... aku ingin berteriak... atau apakah aku mabuk? Mungkinkah sekarang yang di hadapanku ini hanya khayalanku? Disitu tak ada Manshi, tak ada Kibummie?