Dia mengangkat kunci mobil ke depan wajahku, padahal kami mungkin sudah berjalan sebelas blok jauhnya dari resto yang tadi. Aku tertawa, dan dia ikut tertawa bersamaku.
        "Kalau begitu ayo kita pulang ambil... apartemennya, hik, jauh juga dari sini kalau kita harus jalan kaki," usulku.
        Akhirnya kami malah berjalan balik. Ketika kami sudah sama-sama berada di samping Ferrari hitamnya, dia memberikan kunci itu ke tanganku.
        "Hyung yang bawa mobilnya. Kepalaku pusing..."
        "Tapi aku tidak bisa mengendarai mobil..."
        Dia memandangku dengan nanar, dan aku juga membalasnya dengan pandangan yang sama. Sekali lagi kami tertawa disertai bunyi cegukan. Dia membuka pintu mobilnya.
        "Ya sudah, aku saja yang bawa mobilnya..."
        "Tapi tadi kau bilang kau lagi pusing... apa tidak apa-apa? Atau, hik, kita naik taksi saja?"
        "Ani... aku tidak mau meninggalkan mobilku malam ini disini. Ayo hyung, hik, aku antar..."
        Akhirnya mobil berjalan dengan kecepatan yang tidak menentu, apalagi mobilnya miring ke kanan dan kiri tak jelas. Atau... ini karena pengaruh kepalaku yang pusing?
        "Ya~ Hyunjoong, hati-hati sedikit. Itu di depan ada truk..." ujarku lemah.