"Baguslah kalau begitu, oppa. Ayo kita kerja keras lagi, mudah-mudahan malam bisa lebih ramai lagi," harapku.
        Dan ternyata harapanku terkabul, karena sejak jam lima sore, kami semua kewalahan dengan jumlah pengunjung yang datang dan bahkan harus mengantri sampai ke luar resto. Aku bergerak tanpa henti, begitu juga dengan rekan sesama pelayanku yang lain, dan lima koki termasuk Hangeng juga memasak tanpa henti. Suara pintu dibuka, kami menyambut pengunjung, mencatat pesanan, mengantar pesanan, bunyi bel pertanda makanan sudah jadi, mengantar makanan, memberikan bill, membereskan meja, semuanya berjalan cepat, rasanya seperti permainan bernama Diner Dash yang dimainkan Yifang di laptopnya (yang semua serinya berhasil dia tamatkan dalam dua hari). Kami baru bisa mulai bernafas lega pada jam delapan malam, dimana antrian sudah tak ada, meski meja penuh. Tapi itu berarti, aku yakin, pemasukan yang besar untuk ZhongHan House hari ini. Aku juga mendapat banyak voting sebagai pelayan terbaik hari ini dari pengunjung.
        "Meifen, bisa kesini?"
        Aku melihat Hangeng memanggilku dari balik pintu menuju lantai atas. Aku mengangguk padanya, sementara menyembunyikan bungkusan cokelat untuknya dengan aman di balik seragamku. Aku menyusulnya yang sudah menungguku di lantai dua.
        "Ng... Meifen, aku ingin minta tolong padamu. Tapi sebenarnya aku malu sekali," ujarnya, dia menundukkan kepalanya.
        Aku keheranan, tapi tersenyum padanya.
        "Kalau memang ada yang bisa kubantu, jangan ragu, oppa. Tak perlu malu, kita kan teman."
        Lalu dia mengeluarkan kantong kecil berwarna putih dengan corak bintang-bintang berwarna pink, indah sekali.
        "Tolong berikan ini pada Xili, ya. Dia jarang sekali kesini sekarang, tapi kupikir dia sibuk dengan kuliahnya? Aku memang bodoh tidak berani memberikan ini langsung padanya. Ng... aku bisa mengandalkanmu, kan, Meifen?"
        Dan aku merasa seolah pisau sedingin es menusuk hatiku. Hangeng... ternyata masih memikirkan Xili. Bukannya kami sekarang dekat? Bukannya harusnya usahaku berhasil? Kenapa dia bukannya menyukaiku, tapi masih mengharapkan Xili?
        "Oppa... masih mencintai Xili, begitu? Meski Xili sekarang jarang kesini? Dia jarang kesini karena dia dekat dengan Donghae oppa," ucapku, berusaha mengendalikan emosiku.