"Mobil Mimi, aku pinjam. Soalnya juga nanti aku harus ke kantor agensi. Sepertinya kami sudah mau rekaman album baru lagi."
        "Whoa, cepat sekali. Apa kalau sudah mulai rekaman, oppa akan sibuk?"
        "Tapi aku akan selalu ada untukmu. Aku kan juga masih tidur disini."
        Kalau begini lama-lama aku pasti bisa gila. Aku mengangguk padanya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Dia tidak mengatakan apapun waktu pindah kesini, tapi Kyu (yang sekarang entah kenapa dekat denganku, satu lagi cowok yang memanggilku noona, tapi dia tidak seberisik Henry) yang mengadakan pertemuan rahasia denganku mengatakan dia dan Wookie sepertinya ribut. Alasan keributan itu, tak ada yang tau. Yang pasti sekarang Kyu khawatir, karena Wookie jadi agak muram. Wookie... Wookie, aku memikirkanmu... jujur saja sebenarnya aku masih tidak tau siapa yang kucintai. Aku pernah bilang untuk mungkin memilih Yesungie oppa, tapi semenjak hari itu aku tak pernah berhenti memimpikanmu. Aku sebenarnya senang karena di pesan kau tulis masakan itu semua untukku, tapi... tidakkah kau memiliki perasaan pada Xili? Suaramu yang merdu, senyummu... aku tak bisa melupakannya...
        "Bengong terus tidak bagus, tau!" Aqian menyenggolku.
        Aku, lagi-lagi karena termenung, baru sadar sekarang di mini van yang dibawa Yesungie oppa, dan kami sudah sampai di gerbang kampus. Yesungie oppa menoleh.
        "Nah, sampai ketemu nanti malam di apartemen. Selamat belajar untuk kalian berdua," katanya.
        "Ne. bye."
        Aku mengikuti Aqian turun dari mobil, lalu berpisah menuju dua arah. Manshi tidak kuliah bersamaku karena dia tidak mengambil subject yang ini, dia memilih yang lain. Tak disangka-sangka rupanya aku dan Manshi masuk dalam 10 besar nilai terbaik untuk semester 1 di jurusan Acting. Manshi di urutan 6, aku di urutan 10. Untuk prestasi kami itu, kami mendapat diskon bayaran untuk semester dua, beruntungnya. Sejauh ini aku mulai menyukai kuliahku. Hari ini aku tak ada jadwal di radio, jadi untuk menanti jam kerja di bar, aku bisa latihan taekwondo dengan Kanginnie oppa.
        "Kanginnie oppa!" teriakku membahana begitu masuk dojo.
        Kanginnie oppa yang saat itu sedang sendirian (karena memang kegiatan klub belum dimulai), melambai ceria padaku. Aku suka padanya yang penuh semangat. Aku sudah memakai kostum taekwondo-ku, menghampirinya.