"Iya. dia ngapain ya? Sudah mau ujian begini dia malah tidak masuk kuliah," malahan si Henry bertanya lagi.
        "Kenapa kau tidak meneleponnya kalau kau khawatir dengannya? Lagipula kalau tentang ujian, kau tak perlu khawatir, Suxuan tak perlu banyak belajar, toh nilai-nilai tugas dia selalu stabil. Yang perlu banyak belajar itu kau," kataku, menunjuk hidungnya.
        "Hahaha... jangan bilang begitu, Xili, aku jadi malu. Makanya aku mau belajar denganmu. Kapan aku bisa ke apartemenmu? Kita belajar bareng."
        "Bilang saja kau mau ketemu Yifang onnie."
        Si Henry malah tertawa. Dasar. Apa dia tidak lihat hubungan Ryeowook oppa dan Yifang jie segitu dekat? Dasar nekad. Dan pada waktu itu, Suxuan muncul. Mukanya yang biasanya cool sekarang tampak agak kusut, sepertinya lagi kena masalah. Tangannya mencengkeram sebuah majalah. Dia berjalan cepat ke arah kami dan duduk di kursinya dengan membanting tubuhnya.
        "Aigo, Suxuan... kau kenapa? Kau sakitkah dua hari ini?"
        "Tidak. Lihat ini."
        Suxuan meletakkan majalah itu tepat di depanku. Aku dan Henry saling berpandangan, lalu aku mengambil majalah itu dan membacanya berdua dengan Henry. Ternyata itu majalah anak muda yang cukup terkenal di Seoul, dan di halaman kiri, tertulis besar-besar judul PENGUMUMAN FINALIS PEMILIHAN ARTIS BERBAKAT KOREA, BABAK PENYISIHAN. Aku mengerutkan dahiku. Tapi aku melihat foto-foto kecil dan nama-nama yang dicantumkan di halaman itu, kira-kira ada 50 nama.
        "Suxuan, kau ikut pemilihan ini? Kau mau memberitau kami kalau kau lolos? Jadi ini yang kau kerjakan selama ini?" Tanya Henry tak berhenti.
        "Kalian lihat saja apa ada namaku disana," jawabnya, nadanya terdengar kesal.
        Tidak. Aku tidak menemukan nama Suxuan. Di otakku tiba-tiba muncul pengertian.