Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[20/55] "No Other, The Story"

7 Juni 2019   10:41 Diperbarui: 7 Juni 2019   10:52 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SIWON'S DIARY

CHAPTER 20

ANGELA

SUB-DIARY: SHINDONG'S

Akhirnya ribut-ribut dan perdebatan untuk membuka perusahaan baru cabang Bangkok selesai juga. Sekarang masalahnya tinggal persiapannya. Mungkin aku harus lembur selama beberapa waktu. Tapi yang pasti, aku merasa hidupku sekarang juga cukup tenang. 

Ada gunanya aku ikut menyumbang hadiah pindahan untuk Yifang dan lainnya waktu itu, kalau tidak Hae atau Wookie pasti menggerecokiku. Sebenarnya yang lebih tepat itu, hadiah pindahan untuk Meifen yang tinggi hati itu. 

Sudahlah, dengan begini hidupku tenang. Aku melirik keluar jendela, sebentar lagi musim dingin datang. Walau aku tidak terlalu suka bekerja lembur di musim dingin, tapi apa boleh buat, aku hanya berharap perusahaan cabang itu bisa dibuka secepatnya. Keadaan pasar saat ini sangat baik, sayang kalau moment ini terlewatkan begitu saja.

                "Itu Choi Siwon..."

                "Iya, lihat betapa tampannya dia..."

                "Dia sempurna sekali. Aku ingin jadi pacarnya..."

                Cih! Inilah bencinya kalau aku ke kampus lagi. Syukurlah aku sudah tahun terakhir disini, akhir tahun ini aku sudah bisa menyusun laporan dan akhirnya keluar dari suasana kampungan begini. Heran deh, ini kampus untuk anak-anak elit, tapi tetap saja mereka kampungan. Tiba-tiba aku merasa ada yang merangkulku.

                "Anyong, Siwonnie."

                Aku menoleh dan melihat sahabat artisku, Lee Sungmin. Dia seperti biasa terlihat manis, hari ini juga pakai jaket tebal berwarna pink.

                "Hei. Sudah pulang rupanya?" tanyaku, melihatnya tersenyum.

                "Iya. kemarin baru saja pulang. Tentunya kau dengar kalau konser kami sukses?" dia balik bertanya.

                "Tentu saja. Kalian sekarang nomor satu di Korea, dan aku bangga berteman dengan kalian."

                "Hahaha... dipuji olehmu rasanya berbeda dari dipuji media deh. Sibuk apa belakangan ini?"

                "Kami berencana membuka pabrik fashion cabang Bangkok, jadi aku mau mulai buat perencanaan dan segala macamnya. Bulan depan harus selesai pokoknya."

                "Wuah Mr. Perfeksionis... hati-hati kau capek ya. Tapi aku heran deh kenapa masih kau juga yang kerjakan semuanya, bukannya kau punya banyak asisten dan bawahan?"

                "Hei... itu dia anak semester satu itu..."

                "Ah, aku kenal mereka! Manshi dan si May kan? Aku satu fakultas sama mereka."

                "Kalau yang itu Meifen. Dia modis sekali yah."

                "Kalau Manshi penampilannya unik. Dia gampang sekali dikenali. Lagipula dia tidak sombong dan humoris yah orangnya."

                Pandanganku dan Sungminnie beralih pada rombongan mahasiswa-mahasiswi yang sepertinya lebih muda dariku, lagi berbisik dan menunjuk-nunjuk empat orang gadis yang kukenal, malah salah satunya yang biasanya membuatku naik darah. Eh, malah si gadis itu yang menoleh dan melihat keberadaanku. Cih! Eh eh... malah kesini lagi? Mau ngapain dia? Cari masalah, eh?

                "Sungmin oppa. Akhirnya kalian sudah pulang," sapanya pada Sungminnie.

                "Meifen. Mianhae kami belum sempat ke apartemen kalian kemarin. Begitu pulang kami sudah terlalu capek untuk bergerak," kata Sungminnie, seperti biasa manis pada gadis.

                "Ini... oppa bisa memperdengarkan padaku bagaimana memainkan lagu ini?"

                Si Meifen itu mengeluarkan buku piano dari tasnya dan memperlihatkannya pada Sungminnie. Setelah melihat sejenak, Sungminnie mengembalikannya padanya.

                "Oh, aku tau itu. Gampang kok. Bagaimana kalau nanti malam setelah kau pulang kerja kau memanggilku? Nanti aku ke apartemen kalian dan memperdengarkan padamu."

                "Ne, oppa. Sampai jumpa nanti malam kalau begitu."

                Si Meifen itu berjalan menjauh menuju gedung-gedung fakultas, teman-temannya sudah pergi. Tapi tadi dia... TIDAK MENGANGGAPKU ADA!

                "Kenapa sih mereka bisa popular begitu? Tadi aku dengar anak-anak yang menggosipi mereka."

                "Ah, itu, Siwonnie... kalau Manshi dia terkenal karena dia gaya berpakaiannya modis dan make over specialist terkenal, kan? Kalau si Yifang, dia kan salah satu announcer favorit di radio bersama si Hyuk," jelas Sungminnie, "kalau Meifen terkenal karena dia modis dan cantik. Belakangan di resto banyak yang menggerecoki dia lho."

                "Cewek seperti itu dibilang cantik? Mereka tidak ada mata kah?"

                Sungminnie tertawa, kikikan yang sangat khas.

                "Menurutku juga dia cantik kok. Kurasa normal saja kalau orang-orang berpikiran begitu."

                "Kalau Manshi sih memang unik, dan Yifang okelah memang dia berbakat sebagai penyiar. Kalau si Meifen itu... aigo... aish... malaslah aku memikirkannya."

                Kami berjalan menuju gedung-gedung fakultas. Kebetulan aku akan berjalan searah dengan Sungminnie, karena gedung fakultas bisnis dan management bersebelahan dengan gedung fakultas piano.

                "Lucu juga sih memikirkan kau ribut terus dengan Meifen, kan kau yang membelikan isi kamarnya. Isi kamarnya paling mewah dibandingkan yang lain."

                "Ya~ ya~ itu kan gara-gara Hae menggerecokiku dan memaksaku. Dia juga tidak bilang harus memberi berapa supaya dia bisa membelikan barang-barangnya. Mungkin aku kasih terlalu banyak?" tanyaku terdengar bodoh.

                "Memang terlalu banyak."

                "Aish... ngomong-ngomong dia tidak mengucapkan terima kasih atau apalah padaku karena sudah kusumbangkan uangku segitu banyak..."

                "Kurasa dia tidak tau kau yang memberi uangnya?"

                "Aish... dasar si Hae sial. Dia tidak bicara toh."

                "Kalaupun Hae kasih tau, kau mau menerima ucapan terima kasih Meifen? Bukannya kau tidak suka padanya?"

                Kami sudah sampai di persimpangan jalan yang memisahkan gedung fakultas kami.

                "Tidak mau juga sih."

                "Ya sudahlah kalau begitu. Dasar kau, Siwonnie, bisa juga aneh."

                "Mana Wookie? Dia tidak kuliah hari ini?" tanyaku, tak melihat Wookie dimanapun.

                "Dia sudah pergi duluan pagi-pagi sekali, habis menghampiri apartemen Yifang untuk memasak. Kau kapan-kapan mampirlah ke apartemen mereka, jauh lebih rapi dari apartemen kami."

                "Kapan-kapanlah. Oke, met kuliah, Sungminnie."

                "Oke, kau juga ya."

                Aku memasuki gedung fakultasku dan mulai mendengar bisik-bisik norak lagi. Sudahlah, tahan saja. Toh tidak lama lagi aku akan keluar dari kampus ini. Tapi yang terbayang di otakku malahan wajah si Meifen dan ucapan Sungminnie. Amit-amit... apa bagusnya gadis seperti itu? Kerjaannya toh Cuma pelayan, tidak keren.

                "Masuk."

                Ketukan di pintu kantorku berhenti, dan sekretarisku masuk membawa setumpuk kertas dan folder.

                "Tuan Choi, ini data yang baru saja kami dapatkan dari internet tentang perusahaan saingan kita. Menurut keterangan, mereka juga akan membuka cabang perusahaan fashion di Bangkok dalam waktu dekat," jelas sekretarisku, "detail selengkapnya ada dalam berkas ini."

                "Ne. letakkan saja."

                "Saya permisi, Tuan Choi."

                Aku masih bersikap tenang sampai aku pastikan dia sudah keluar ruangan. Aku menyambar berkas itu dengan mata terbelalak. Andwae... aku tidak boleh kalah cepat dengan mereka. Sepertinya yang punya insting bagus kalau pasar Bangkok sedang bagus bukan hanya aku, tapi juga mereka. Aku tidak akan membiarkan perusahaan kami kalah, walau sekalipun, pada perusahaan caliber rendah seperti mereka.

                "Yoboseyo... Kyu ah~ sauna? Mianhae... aku tidak bisa ikut, aku ada kerjaan yang mendesak... semuanya ikut? Tapi aku tidak bisa... mungkin lain kali saja sesudah kerjaanku ini beres, aku akan mentraktir kalian pergi spa," ucapku pada ponselku, "selamat bersenang-senang."

                Aku mendesahkan nafasku. Kyu pasti kecewa. Katanya mereka berkumpul untuk pergi sauna bareng. Jujur aku sudah lama tidak berkumpul dengan mereka, yang terakhir ya pergi panjat gunung, tapi itupun hanya sebentar, lalu aku harus pulang kantor lagi karena ada rapat direksi. 

Aku merindukan masa-masa tiga tahun lalu. Waktu itu, aku belum menjadi direktur, hanya membantu appa sebagai asistennya; Henry masih belum ke Kanada; Hyuk, Heechul hyung, Kangin hyung, Leeteuk hyung dan Mimi belum kerja; juga KRYSD belum debut, kami sering main bersama dan makan di resto Hangeng hyung yang waktu itu masih diurus appanya. 

Ternyata... waktu berlalu begitu cepat, dan semua sudah punya kegiatan masing-masing. Yah, beginilah kami, harus bertambah dewasa... Aku harus selesaikan semua ini secepatnya. Demi masa depan perusahaanku, dan juga... setelah ini semua berakhir, aku bisa bermain dengan mereka dan tidak membuat mereka kecewa lagi. 

Padahal waktu KRYSD untuk berkumpul dengan yang lainnya sangat sedikit, tapi aku malah tidak bisa pergi dengan mereka sekarang. Tenanglah, chingudeul, aku tidak akan membuat kalian kecewa, aku akan berusaha... secepatnya... menjadi Choi Siwon yang kalian banggakan. Aish... inilah aku bencinya kalau bekerja menjelang musim dingin. Cuaca sejuk begini membuatku mengantuk dan gampang lelah. Aku tidak suka memakai pemanas ruangan kalau belum benar-benar musim dingin. Aku hanya mengandalkan kopi, dan sekarang aku lapar.

                "Tuan Choi, ada yang bisa kubantu? Anda kelihatan lelah," ujar sekretarisku.

                Aku sedikit kaget karena dia sudah memasuki ruanganku. Mungkin tadi dia mengetuk pintu terlalu lama dan tidak kujawab, jadi dia khawatir. Aku sedikit lelah memang, mataku agak berbayang sekarang. Aku melirik arlojiku, jam 7 lewat 10 menit.

                `"Tidak ada lagi. Kau tidak perlu ikut lembur bersamaku, Erica. Pulanglah."

                "Baiklah. Tapi saya sudah siapkan kopi untuk Anda. Selamat bekerja, Tuan. Ingatlah untuk menjaga kesehatan Anda."

                "Terima kasih."

                Aku melihatnya pergi setelah meletakkan secangkir kopi yang langsung kuminum. Aku bisa bertahan lagi, setidaknya tubuhku terasa hangat dan segar kembali. Aku meraih ponselku dan menekan nomor yang sudah sangat kuhafal.

                "Yoboseyo, Hangeng hyung. Aku bisa pesan yang biasa? Sedang ramai? Tidak apa-apa, aku bisa menunggu. Sekarang aku di kantor, langsung saja antarkan ke dalam kantor pribadiku. Ne, gomawo hyung," kataku pada Hangeng hyung melalui telepon.

                Aku perlu makan, karena energy terbesar tentu saja akan didapatkan dari makanan yang sehat dan enak buatan Hangeng hyung. Selama menunggu pesananku datang, aku harus melanjutkan pekerjaanku. Pokoknya perusahaan itu harus dibuka sebelum aku keduluan. Aku hanya memberi diriku sendiri waktu selama dua minggu, tidak lebih. Ayo, Choi Siwon, hwaiting!

                Ng... apa? Bagaimana aku bisa ketiduran? Aigo! Sudah jam 11 malam ini! Choi Siwon! Bagaimana kau bisa ceroboh begini?

                "Lho? Makanannya... masih panas? Apa Hangeng hyung baru mengantarkannya? Tapi bukannya tadi aku pesan jam 7 malam ya? Lalu sepoci kopi yang hangat ini... siapa yang buatkan? Erica sudah pulang kan?" aku jadi berbicara sendiri seperti orang bodoh.

                Ketika aku masih kebingungan, aku merasakan jasku yang tadinya kugantung di tempat menggantung jas di ujung pintu sana terjatuh dari punggungku. Ada yang menyelimutiku. Tapi siapa...? Dan aku melihat sebuah kertas notes berwarna putih polos diselipkan di bawah paket makanan Hangeng hyung. Tulisan yang tidak kukenal.

Gomawo sudah membelikan perabotan kamarku. Hati-hati masuk angin.

                Peralatan kamar? Sekarang aku tau dia siapa. Si Meifen. Dan... dia memperhatikanku? Sejak kapan dia peduli padaku? Aku bergidik ketika merasakan ada angin yang berhembus mengenai leherku. Aku menoleh dan menemukan sebuah jendela yang terbuka. Aigo, kenapa aku bisa lupa menutup jendela? Aku ceroboh sekali. Dan si Meifen itu... sudahlah, lupakan saja. Teruskan bekerja... sambil makan dan minum kopi yang wangi ini...

                "Hei, Siwonnie. Akhirnya keluar juga dari sarangmu?"

                Aku tersenyum mendengar gurauan Hangeng hyung. Aku berhasil menyelesaikan semua perencanaannya tepat waktu, dua minggu. Akhirnya aku bisa dengan lega berkuliah dan mampir ke restonya lagi.

                "Ne. sudah terlalu lama bertelur disana," jawabku mengikuti candaannya.

                "Semua perencanaannya sudah selesai?" tanyanya lagi.

                "Besok rapat dewan direksi. Kurasa perusahaan kami bisa mulai beroperasi minggu depan."

                "Kau memang pekerja keras, Siwonnie ah~ hati-hati dengan kesehatanmu. Leeteuk hyung memang bilang kondisi tubuhmu sangat kuat, tapi kalau kau terus memaksanya bekerja, bisa-bisa kau dimarahi Leeteuk hyung," Hangeng hyung mengingatkan.

                "Aku akan ingat itu, hyung. Gomawo."

                "Resto ini juga tidak akan ada kalau bukan kau yang memodaliku."

                Aku tertawa dan baru akan membalas ucapan Hangeng hyung ketika berpiring-piring makanan diletakkan dengan kasar di meja yang kami duduki. Aku mendongakkan kepalaku. Si Meifen, tampangnya tidak senang.

                "Kau kenapa sih? Lagi datang bulan ya?"

                "Apa pedulimu? Pokoknya aku malas melihat mukamu," jawabnya ketus.

                Aku manyun, dan dia sudah pergi sebelum aku sempat mencecarnya.

                "Hahaha... hubungan kalian lucu sekali. Aku sangat suka melihatnya," ucap Hangeng hyung sambil tertawa.

                "Entah dia ada dendam apa sih padaku. Dasar sial," kutukku sambil manyun.

                Tapi Hangeng hyung malah tertawa. Sepertinya dia yang menulis surat malam itu sedang kerasukan setan atau apalah, tiba-tiba bilang terima kasih. Sekarang coba lihat, dia tidak ada etiket berterimakasih atau apalah. Dan aku tidak tau kenapa dia begitu membenciku. Dasar aneh. Selamanya juga aku tidak akan pikir kau cantik, tau!

 

I'll be okay... I've always been like this

Even being behind you, I'm still happy like this

 

Tears fall again, even at your jokes

Because i have to stay by your side with just a cold face

Dear Diary,

Aku pasti lagi jatuh cinta! Aku tidak menyangka ketika sejak pertama aku memperhatikannya, aku rupanya sudah tertarik padanya! Nasib... membuat kami bertemu lagi di kali berikutnya, dan bahkan kami bisa memiliki hubungan yang begini baik. Dia gadis yang tidak sama seperti gadis lain yang kutemui. 

Humoris, gampang diajak bicara, sangat mudah beradaptasi, bisa berteman dengan siapapun, unik dan luar biasa kreatif! Kamipun sering keluar bersama, mencicipi makanan di banyak restoran, dan kami sering curhat seperti tidak ada halangan di antara kami, seperti sahabat.

Itulah masalahnya, aku takut dia menganggapku sahabatnya. Aku tidak terlalu percaya diri. Kau kan tau, Diary, aku tidak setampan Leeteuk hyung atau Heechul hyung (kalau Siwonnie aku tidak perlu tulislah ya), makanya aku juga takut dia tidak punya perasaan yang sama denganku. Aku kan Cuma seorang guru menari, beda dengan dia yang punya bakat acting yang bagus dan berteman dengan teman-temanku yang jauh lebih tampan dari aku. Kenapa yah kalau aku jatuh cinta selalu begini? 

Apa aku juga selamanya tidak akan mengatakannya, sampai dia akhirnya jadian dengan orang lain, seperti yang selalu terjadi pada gadis-gadis yang kusukai, dan akhirnya aku hanya bisa gigit jari melihat mereka bahagia dengan orang lain. Bahagia dengan orang lain? Apa aku rela... kalau kali ini gadisnya itu dia?

Shindong (October)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun