Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Mencari Bintang Natal bagi Generasi Milenial

21 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 21 Desember 2018   10:55 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lagu "Meraih Bintang" Via Vallen langsung viral, bahkan sampai sekarang. Untuk merayakan Natal tahun ini, tema lagu ini begitu relevan. 

Jika dulu rombongan orang Majus datang ke Betlehem dengan mengikuti Bintang untuk menemukan tempat Yesus dilahirkan, kini kita semua seharusnya meraih bintang kehidupan kita masing-masing. Ada 3 hal yang saya renungkan.

Untuk meraih bintang dibutuhkan dana dan usaha yang besar
Orang  Majus membutuhkan waktu sekitar 2 tahun perjalanan untuk menemukan tempat di mana Yesus dilahirkan. Perjalanan pulang pergi berarti sekitar 4 jam. 

Bayangkan perjuangan mereka melakukan jalan darat pada zaman dulu selama itu. Berapa biaya yang mereka butuhkan? Di atas semua itu, seberapa upaya, tekad dan komitmen mereka agar tujuan mereka tercapai? Ucapan bijak where there's a will there's a way cocok untuk menggambarkan sukaduka orang Majus dalam menemukan Yesus. Bintang kehidupan apa yang ingin Anda raih?

Bintang, seperti GPS, hanya  petunjuk untuk menentukan arah
Bukan arah itu sendiri. Banyak orang---termasuk kaum Kristiani---yang menganggap Yesus adalah petunjuk jalan. Bukan! Yesus adalah Jalan itu sendiri. Inilah pengakuan-Nya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. 

Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku." Meskipun demikian, bintang dan GPS tetap perlu untuk menuntun kita agar kita tidak nyasar. Yang jadi persoalan, bintang apa yang kita kejar dan GPS apa yang kita gunakan? Tanpa sinyal yang kuat, GPS seringkali tidak berfungsi. Saat berada di Kangaroo Island dalam suatu liburan musim dingin, saya sekeluarga sempat direpotkan dengan GPS yang ngambek ini. 

Apa yang kami lakukan? Pakai peta kertas. Seringkali back to basic itu mengingatkan kita akan asal muasal kita. Di pintu masuk gedung IBM di Amrik, ada sebuah kotak kaca dengan tulisan yang terjemahannya kira-kira begini: "Jika semua komputer di tempat ini tidak berfungsi, pecah kotak ini dan gunakan isinya!" Apa isinya? Simpoa!

Bintang yang berguna adalah yang mengeluarkan cahaya
Tanpa terang, bagaimana bintang waktu itu bisa menuntun orang-orang Majus menemukan Yesus? Saya teringat kisah seorang usahawan yang tergabung dalam Full Gospel Business Man Fellowship International yang diminta untuk memberikan testimoni. 

Dia gelisah karena merasa belum layak untuk berbagi. Saat masuk ke gudang dia melihat ada tunas kecil muncul dari seonggok kentang. Saat didekati, ternyata betul, ada tanaman baru.

"Kok bisa di gudang yang gelap ini kentang bisa bertumbuh?" tanyanya dalam hati.

Setelah dia teliti ternyata ada lubang kecil di dinding gudang yang sudah lapuk itu. Dari lubang kecil itu masuk secercah cahaya matahari. Cahaya itu menimpa wajah aluminium. Alat masak itu memantulkan kembali cahaya itu ke atas tumpukan kentang dan kentang itu bersemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun