Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Saat Coklat Digoreng

27 Oktober 2018   09:32 Diperbarui: 27 Oktober 2018   09:56 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jateng.tribunnews.com

Isu pesan email 'Coklat1' bikin gaduh tanah air yang belum lagi teduh. 'Ini foto dari hasil kerja anak tim cyber tauhid untuk skenario Coklat1. Cukup bagus saya kira hasilnya tidak ada lagi yang perlu diedit, tinggal sebar saja dengan tim medsos kita. 

Saya cc juga ke Mas Mustofa biar dia ikut blow up di media dan medsos. Saya yakin hasilnya cukup mengganggu tidur Coklat1. Semoga Allah SWT membalas dengan keadilan atas perjuangan kita' Begitu screenshot email yang katanya dari Dahnil Anzar Simanjuntak Koordinator Juru Bicara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang ditujukan ke beberapa orang untuk tujuan tertentu. "Itu hoax," tegas Dahnil.

Apa itu 'Coklat1'? Dengan gampang kita bisa menelusurinya di google, yaitu capture surat pemanggilan KPK kepada Kapolri Tito Karnavian. Kata 'Coklat1' juga mudah ditebak yaitu orang nomor satu di Kepolisian Republik Indonesia. Benarkah berita itu? Ternyata semua bohong!

Heboh 'Coklat1' ini mengingatkan saya saat saya diundang bicara di sebuah kampus top di tanah air. Temanya ringan yaitu seputar Valentine's Day. Dengan nada bergurau saya katakan, "Mumpung tanggal 14, siapa yang mau membeli coklat merek SQ bisa dapat discount 50% lho!" Meskipun saya mengatakan itu sambil tersenyum simpul, ada saja mahasiswa yang mencoba mencari coklat merek tersebut. Tentu saja gagal total. Saat prores ke saya, saya jawab, "Coklat SQ yang discount 50% itu bukan rasa kata mete, melainkan rasa kacang  panjang." Jawaban saya ini disambut tawa meriah generasi milenial ini.

Apa sebenarnya yang terjadi di balik heboh 'Coklat1' ini? Saya awali dengan ini. Pohon yang semakin tinggi makin kencang juga digoyang angin. Demikian juga Pak Tito. Kiprahnya yang moncer selama ini bisa saja membangkitkan musuh yang tidak kelihatan. Apalagi orang nomor 1 di Kepolisian RI ini berhasil mengubah citra polisi menjadi lebih baik.

Apa saja yang telah berhasil diubah citranya? Pertama, soal pungli. Meskipun tentu saja di sana sini masih 'kecolongan', instansi ini sekarang relatif bersih. Seorang sahabat cerita bahwa dulu setiap kali ada truk yang kelebihan muatan ditangkap polisi, kernet truk itu akan turun dan menyerahkan kotak korek api yang di dalamnya diisi sejumlah uang. Jika lupa memasukkan uang, kernet itu akan memberi kode, "Saya kencing dulu ya Pak." Saat 'kencing' itulah dia mengisi uang.

Namun, saat korek itu dibuka dan isinya kurang, maka polisi itu konon berkata, "Tolong kencing lagi." Perilaku oknum polisi itulah yang membuat polisi saat itu disebut 'wereng coklat', yaitu hama tanaman. Kini saya tidak lagi mendengar julukan itu. Artinya? Reputasi polisi membaik.

Kedua, soal keramahan. Dulu polisi dikenal galak. Bahkan saat kecil saya masih ingat, jika susah makan, maka ortu akan menakut-nakuti kami dengan perkataan, "Ayo cepat dihabiskan makanannya. Ada polisi lho!" 

Jika ingat saat itu, saya tergelak sendiri. Apa hubungan polisi dengan anak yang ogah makan? Kini semakin banyak saya melihat polisi yang ramah bahkan helpful menolong para pejalan kaki menyeberang jalan. Persis polisi di negara maju. 

Ketika mengunjungi gedung parlemen di Melbourne, dua orang polisi bahkan dengan senang hati saya ajak wefie. Bukan hanya itu yang seorang bahkan mengantarkan saya memasuki gedung agung yang anggun itu.

Ketiga, soal kecepatan dalam menangani kasus. Meskipun ada kasus yang sampai sekarang masih gelap, yaitu penyiraman air keras ke Novel Baswedan, dalam berbagai kasus lain Polri cukup sigap dan mengundang pujian serta decak kagum masyarakat. Terlebih dalam menangani kasus teror.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun