Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sindir-sindiran dan Lagu Judul-judulan

22 Oktober 2018   11:57 Diperbarui: 22 Oktober 2018   14:34 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/jokowi_20180811_085024.jpg

Menjelang pileg, terutama pilpres, dua kubu saling sindir satu sama lain. Pidato Jokowi yang mengingatkan agar politisi jangan mendekati rakyat hanya menjelang pileg dan pilpres langsung disambar pihak oposisi. Mereka mengatakan sindiran itu seharusnya untuk dirinya sendiri karena dianggap gagal mewujudkan janji kampanye, salah satunya yang sering diulang adalah janji Jokowi terhadap mobil esemka.

Yang lain lagi menuduhnya bahwa kenaikan premium yang dibatalkan dianggapnya sebagai playing hero alias menjadi pahlawan kesiangan seolah-olah dialah yang bisa menghentikan kenaikan harga premium. Yang paling sadis adalah pernyataan yang menuduh 'maling teriak maling'.

Netizen yang cerdas mencoba membela petahana dengan mengatakan bahwa janji yang belum ditetapi---seperti esemka---bukan kebohongan seperti yang dilakukan mereka yang terbiasa membuat hoax. Seperti janji kepada istri untuk beli rumah, karena anggaran belum mencukupi dan ada prioritas lain, maka sementar beli apartemen dulu. 

Saling sindir itu mengingatkan saya akan lagu karya Pengantar Minum Racun yang pernah beken berjudul 'Judul-Judulan'. 

Sindiran PMR ini masih relevan sampai hari ini. Namanya pileg dan pilpres seharusnya serius, bukan untuk mainan. Masa depan bangsa dipertaruhkan. Warganet yang cerdas tahu siapa yang bekerja sungguhan, dan siapa yang kerja- kerjaan. Siapa yang menyajikan data yang valid dan siapa yang valid-validan. Siapa yang menyodorkan fakta dan siapa yang fiktif. Siapa yang optimis dan siapa yang pesimis. Siapa yang pro-rakyat dan siapa yang baru pro-rakyat menjelang pileg dan pilpres.

Pertarungan ini begitu sensitif sehingga belum 'dicium' sudah 'nyosor duluan'.Angsa sejati hanya nyosor saat merasakan ancaman sementara angsa-angsaan 'nyosor duluan' sebelum ada intimidasi.

Ah, ketimbang main sindir-sindiran bukankah lebih baik memperbaiki cara kampanye yang tidak saja santun, tetapi juga anggun. Bukan anggun-anggunan.

Setuju?

* Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun