"Negara mana yang pernah menjajah kita?" tanya saya sebagai pembina upacara kepada murid sekolah saat memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Belanda dan Jepang," jawab murid-murid di sekolah yang saya pimpin serentak.
"Sekarang kita masih dijajah tidak?"
"Tidak!" seru mereka.
"Masih!" jawab saya tak kalah kerasnya dan membuat mereka terdiam. Speechless. "Kita masih dijajah oleh gadgets!" lanjut saya. Sebagian dari mereka cekikikan.
Lalu saya jelaskan bahwa kita masih dijajah oleh Amerika, Tiongkok dan Korea dalam hal gadgets. Bukankah tiga negara itu yang sekarang menguasai dunia gadgets di tanah air, khususnya smart phone?
Bisakah kita sungguh-sungguh merdeka dari penjajahan gadgets? Bisa! Ini tiga cara saya.
1. Pilih waktu yang tepat untuk memakainya
Saya memakai gadgets saya, khususnya handphone dan iPad saya pada pagi hari. Apa yang saya lakukan? Pertama, saya up load kata-kata mutiara yang saya buat setiap hari. Sebut saja Wisdom for Today! Di samping untuk siaran radio, saya membuat kata-kata mutiara---baik inspirational maupun motivational---untuk power breakfast alias sarapan pagi bergizi. Kedua, saya memberi laporan bacaan yang saya baca di WAG dari teman-teman yang memang komitmen untuk membaca Kitab Suci. Ketiga, saya men-share tulisan saya di media online, termasuk yang di Kompasiana.com kepada para sahabat.
Setelah masuk kerja, saya hentikan kegiatan saya memakai hape saya, kecuali ada telepon masuk yang penting. Baru setelah istirahat makan siang, saya pakai lagi. Itu pun on the way ke tempat makan dan saya lakukan secara cepat untuk melihat ada pesan masuk yang  penting atau tidak. Saya terus belajar agar saat makan saya hentikan bermain telepon genggam. Ada peraturan menarik di antara para sahabat saya. Saat makan, telepon ditaruh di tengah. Jika perlu ditelungkupkan. Siapa yang mengangat telepon saat makan bersama itulah yang membayar tagihannya. Ternyata ampuh. Wkwkwk.
2. Matikan notifikasi dan bunyi