Mohon tunggu...
wydi esti
wydi esti Mohon Tunggu... Guru - perempuan

asli Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasi Kucing

23 Oktober 2021   09:31 Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:35 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                              Nasi Kucing

                              Karya Wydiesti

       Suasana kamar yang begitu menyeramkan.Berjajar kamar seperti  kamar mayat. Kamar yang hanya dibatasi oleh kelambu putih semakin membuat bulu kuduk berdiri.Orang lalu lalang dengan muka tidak menyenangkan..Ada yang menahan tangis ,ada yang diam seribu bahasa dan ada pula yang tiada senyum sedikit pun.

Jeritan tangis dan ratapan pilu sudah biasa terdengar."Bapak mengapa aku bok tinggal...siapa yang membiayai sekolah anak-anak kita...",keluhan seorang wanita muda sambil menangis terisak-isah dihadapan suaminya yang baru saja meninggal.Tiupan angin malam menambah suasana semakin mencekam. Rasa dingin menusuk kulit.Suara jakrik pun menambah suasana malam yang membuat bulu kuduk berdiri.Waktu itu pukul dua malam.

       Seorang wanita bersimpuh beralaskan lantai di pojok teras ruang perawatan sedang berdoa dengan penuh harap. Sesekali ia mengusap air matanya."Ya Allah ampunilah aku dan suamiku jangankan kau bebani kami dengan sesuatu yang tidak sanggup kami jalani...sembuhkanlah suamiku.. berilah kesempatan untuk melanjutkan perjalanan hidup ini...",ucap doa wanita tersebut.Sesekali wanita itu mengusap air matanya dengan kudungnya yang  mulai kusam.Dia seorang wanita tua yang sedang menunggu suaminya sakit.Namanya Juminten. Nama yang begitu bagus bagi seorang yang tua seperti dia. Penampilannya sederhana.Dia memakai kerudung yang sudah lusuh dengan warna yang sudah pudar.Wajahnya agak hitam  dan kelihatan garis-garis ketuaannya. Dibalik wajahnya yang agak hitam itu tersimpan beban yang begitu berat.Namun pancaran semangat hidupnya terlihat jelas dari raut mukanya.

        Dengan kekuatan yang ada pada dirinya, dia berusaha bangkit dari duduknya ketika suaminya memanggilnya.Dia menuju ke ruang perawatan suaminya dengan tergesa-gesa."Ke mana saja kamu Bu...suami baru sakit kok ditinggal!"bentak Mitro  suami Juminten dengan nada marah. Juminten hanya diam menunduk,dia sadar suaminya sakit jadi lebih baik diam agar tidak terjadi percecokan.

"Jawab Bu! Jangan diam saja!"suara Mitro meninggi sehingga membuat Juminten mau tidak mau menjawab dengan tenang. "Tadi aku baru salat Pak...."Mitro mendengar jawaban istrinya tidak langsung menerima begitu saja,dia tidak percaya apa yang dikatakan oleh istrinya. "Wong salat kok lama. "Juminten tidak menyahut perkataan suaminya yang tidak percaya pada dirinya.Dia bersikap diam tak menanggapi perkataan suaminya. Dia justru berkata,"Bapak mau minta apa...apa aku kipasi kalau bapak gerah.

"Udara saat itu memang agak panas.Mungkin hujan akan tiba sehingga membuat suhu menjadi naik. Juminten mengambil kipas yang ada di dalam almari kecil di sudut makar sambil membawa makanan kecil."Bapak mau kacang ini?"tanya Juminten sambil menyodorkan sebungkus kacang atom yang tinggal separo."Dak mau! Aku mau kamu belikan nasi kucing saja!"perintah Mitro dengan sedikit memaksa Juminten.Mendengar permintaan sang suami,Juminten menjawab dengan tenang,"Pak ini sudah jam dua malam...sudah banyak warung yang sudah tutup...dan bapak di sini  sakit tidak boleh makan sembarangan".

Ketika mendengar jawaban dari Juminten,Mitro tidak langsung mengiyakan,ia masih sempat menjawab dengan nada tinggi,"Apa yang kau katakan..tidak ada warung yang buka?"Memangnya aku dak tahu...kalau kamu sebenarnya dak mau membelikan....jawab aja jujur Bu...jangan banyak alasan...memang kamu ini pintar beralasan". Mitro berkata hal tersebut dengan mata melotot sambil tangannya seperti akan meninju Juminten.

Mendengar jawaban suaminya, Juminten hanya diam dan agak kaget karena tangan suaminya mau meninju dirinya,ia sedikit mundur untuk menghindari tangan suaminya yang akan meninjunya."Mengapa diam?Ayo sana cari! Aku lapar Bu!"bentak Mitro agak sedikit keras suaranya sehingga membuat anaknya yang sedang tidur terbangun. Anak Mitro memang juga ikut menungguinya karena di rumah tidak ada yang menjaganya,usianya baru sebelas tahun.

Melihat anaknya bangun,Juminten berkata,"Nduk aku tinggal sebentar ya..tolong bapakmu ditunggu". Juminten bergegas keluar ruang. Ia sebenarnya agak takut karena sudah malam dan warung di sekitar rumah sakit itu jauh dari ruang perawatan.Namun ia berusaha menguasai takutnya. Dia melangkah agak lambat dan kelihatan lelah karena beberapa hari menunggui suaminya dan kurang tidur. Tak lama langkahnya sudah di depan rumah sakit itu.

Dia melihat-lihat warung mana yang masih buka.Suasana yang sepi membuat dirinya agak takut namun rasa takutnya ia hilangkan demi sang suami tercinta yang sedang sakit. Di berjalan kesana kemari demi mencari warung mana yang masih buka. Sudah belasan warung yang ia lewati namun tidak ada warung makan yang buka,kalaupun buka, nasi kucing yang ia cari sudah habis terjual.

Setelah berputar-putar mencari ,akhirnya ia menemukan warung yang masih menjual nasi kucing walau tinggal satu bungkus."Bu cari apa?'tanya pemilih warung melihat Juminten mendekati warungnya. "Ini Pak, aku mau beli nasi kucing..masih ada tho, Pak?"ujar Juminten."Masih Bu, tapi...sayang tinggal satu".

Pemilih warung menyodorkan satu bungkus nasi kucing ke Juminten."Berapa harganya Pak?",tanya Juminten sambil mengeluarkan uang receh dari kantong bajunya."Dak usah dibayar Bu..Wong tinggal satu.. Ibu bawa saja". Juminten agak kaget karena penjual warung tersebut tidak mau menerima bayaran nasi kucing tersebut kemudian ia hanya bisa berkata,"Ya makasih ya Pak."Hati Juminten bersyukur karena sudah mendapatkan nasi kucing yang ia cari. Dengan langkah semangat,ia menuju perawatan dimana suaminya dirawat.Di tengah perjalanan ia masih melihat orang-orang berlarian.Dia tahu bahwa orang-orang itu sedang mengantar orang sakit yang sudah parah sehingga berlarian agar bisa cepat ditangani penyakitnya.

      Angin bertiup lembut dan hawa dingin menusuk sampai ke tulang-tulang, Juminten mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai ke ruang tempat suaminya dirawat. Akhirnya sampai juga Juminten ke sana.Dari kejauhan dia kaget ruang tempat suaminya banyak perawat mengerumuni suaminya. Dia terus berlari menerobos kerumunan perawat tersebut. Alat pernapasan dipasang pada hidungnya."Dok..suamiku kenapa?"

Juminten bertanya dengan nada penasaran dan merasa takut akalu terjadi apa-apa."Tenang Bu bapak tadi kumat jantungnya dan anak ibu tadi memanggil kami,"ujar salah satu perawat tersebut.Mendengar jawaban perawat tersebut,Juminten merasa sdih dan tidak terasa air matanya keluar dan mendekati anaknya dan memeluknya dan seraya berkata,"Sabar ya Nduk."

Para perawat berusaha memberikan perawatan terhadap Mitro yang mengalami koma dengan peralatan rumah sakit yang lengkat.Ketika dipasang peralatan tersebut,muncul keajaiban yaitu Mitro membuka matanya .Dokter dan para perawat terkejut."Alhamdulillah,Bapak sudah sadar." Juminten yang dari tadi diam yang dalam hatinya terus berdoa ketika mendengar dokter suaminya sudah sadar langsung mendekat dan berkata,"Alhamdulillah Pak..Ibu khawatir kalau terjadi apa-apa pada bapak." Juminten mengelus rambut suaminya yang sudah memutih.Tiba-tiba Mitro dengan lemah berkata,"Iya ...Bu..."Mitro pun memandang Juminten dengan rasa bersalah dan kasihan.

Kemudian Mitro berkata,"Maafkan aku ya Bu...selama ini aku bertindak kasar padamu...aku titip anak kita ya Bu..."ujar Mitro tidak bisa menyembunyikan kesedihan dirinya sehingga beberapa tetes air mata keluar dari matanya.Mendengar perkataan dari suaminya ,Juminten menjawab dengan kaget dan kasihan,"Bapak ini ngomong apa tho...kok titip segala lha bapak mau kemana...IsyaAllah bapak bisa sembuh kok...ibu sudah maafkan semua perlakuan bapak kepadaku dan ibu selalu berdoa atas kesembuhan Bapak.

"Juminten berusaha menenangkan dan memberikan pada Mitro."Terima kasih Bu, kamu memang istri yang baik walau aku sering menyakitimu kamu tetap sabar dan masih mau mendoakanku....tapi aku sudah tidak kuat Bu..."ujar Mitro dengan lemah. Tak lama kemudian,Mitro diam dan menutup matanya serta ada kata-kata terakhir terdengar llirih menyebut ALLAH.

Juminten melihat hal tersebut menjerit ,"Bapak kenapa!"Juminten menggoyang-goyangkan tubuh suaminya sudah melemah tersebut.Juminten pun sadar,suaminya sudah meninggal maka dia mengucap innallillahi wa innailaihi rojiun. Kemudian dia memanggil dokter. Dokter dan para perawat berdatangan dan memeriksa kondisi Mitro dan mereka hanya bisa berkata kepada Juminten,"Sabar ya Bu...suami ibu sudah meninggal." Juminten tidak bisa menahan air matanya. Dia pasrah menerima kenyataan bahwa suaminya sudah meninggal dan berusaha tegar. Dia merasa semua yang ada di dunia akan kembali kepada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun