03.30
"Bangun, Za,"
Kamu membangunkanku dengan suara beratmu yang lembut, hampir berbisik. Masih setengah hati aku membuka mata. Kamu memainkan telingaku, seperti biasa. Lalu berbisik lagi, "Sahur dulu. Aku masak kesukaan kamu, loh!" Aku langsung beranjak begitu mendengar kamu bilang sudah memasak. Kamu tersenyum.
"Kenapa enggak bangunin? Kan aku bisa bantu masak juga," kataku.
O iya, Nan, ini hari pertama bulan Ramadan. Dan ini adalah Ramadan pertama yang akan kulewati bersama kamu. Aku mana pernah menyangkanya. Kita yang sudah lama saling kenal toh memang pernah pacaran, hanya beberapa bulan lalu kamu meninggalkan, kemudian aku ikut mengasingkan. Aku juga sempat kesulitan untuk tidak membencimu. Aku sempat kesulitan untuk bahagia tanpa kamu.
"Ah, nanti kamu malah mengacau. Kamu mana bisa masak?"
"Bisa, Nan..."
"Masak apa?"
"Masak air!"
Kamu tertawa. Berjalan ke dapur. Menyiapkan peralatan makan. Aku ikut di belakangmu, hendak membantu.
"Duduk saja, Tuan Puteri!" katamu, menyuruhku duduk manis di meja makan.