Mohon tunggu...
Tomy Bawulang
Tomy Bawulang Mohon Tunggu... Human Resources - Pembaca

Pendengar, Penyimak, , dan Perenung

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"No Time To Die" Sebuah Episode Transisi Superspy James Bond?

5 Oktober 2021   06:08 Diperbarui: 29 Maret 2022   21:06 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Episode terbaru film superspy James Bond sedang tayang di Indonesia. 

Sebagai generasi yang tumbuh bersama film James Bond ini tentu saja saya menjadi satu dari penonton yang memperebutkan tiket nonton film ini meski ditengah ribetnya prosedur nonton bioskop di tengah Pandemi. 

Ada yang menarik dari Film James Bond terbaru ini dibanding series James Bond sebelumnya; meski tetap saja sebagai sebuah film untuk 'menghibur' ciri ciri ramuan aksi 'terlalu banyak yang kebetulan' tetap saja mewarnai plot James Bond seri "No time to Die" ini. 

Namun bukan itu yang menarik perhatian saya. Ada beberapa point yang menurut saya mulai berbeda.

Yang Pertama, dalam "No Time to Die" tokoh James Bond untuk pertama kalinya digambarkan sebagai seorang yang memiliki kehidupan pribadi yang terekspose lengkap dengan sentuhan hubungan melodrama sebagai seorang pria yang jatuh cinta pada seorang wanita - Madelene,  bahkan memiliki seorang anak.

Dengan sentuhan melodrama ini, edisi James Bond kali ini lebih membuat tokoh ini semakin mendekati realitas bahwa se-'canggih' dan secuek apapun seorang agen super spy terhadap kehidupan pribadinya tetaplah memiliki sisi personalnya sebagai manusia biasa yang jatuh cinta dan terikat secara emosional dengan wanita memiliki keluarga dan punya 'hati'.

Sentuhan yang 'more humane' ini menurut saya merupakan langkah transisi rekonstruksi tokoh central James Bond dalam film ini yang setelah 27 episode sepertinya karakter tokoh ini sudah mulai mencapai titik jenuh.

Yang kedua, meski dalam setiap laga James Bond adegan kejar-kejaran mobil atau motor hampir selalu terjadi, namun kali ini saya merasakan ada pengaruh sentuhan kompetitor 'Fast and Furious" dalam tata laganya. Sepertinya rumah produksi Metro-Goldwyn Myers dan sutradara Cory Joji Fukunaga memang sedang benar benar melakukan transisi dari setting spionase klasik menjadi setting laga yang lebih modern. Hal ini juga diperkuat dengan munculnya tokoh baru yang hiper-capable Nomi, seorang wanita afro yang tampil sebagai representasi keseimbangan 'gender' dalam edisi James Bond kali ini. 

Meski pada edisi edisi lalu James Bond selalu didampingi mitra atau tokoh wanita lain  namun penambahan karakter Nomi yang saya prediksi akan bertahan pada edisi berikutnya ini benar benar memberi sinyal baru arah rekonstruksi karakter keseluruhan kisah James Bond.

Yang ketiga, meski  saya tak pernah tahu sebelumnya bahwa ini merupakan edisi terakhir bagi Daniel Craig  untuk memerankan James Bond, namun saya menangkap kesan perpisahan itu dari setidaknya dua hal, pertama ditampilkannya tokoh baru sebagai 'double -o-seven', dan kedua dalam dialog berkali kali dikatakan bahwa posisi sebagai agen dengan kode '007' is just a number. Artinya siapapun dapat mengisi peran itu. Namun sebenarnya bukan itu pesan transisinya. Saya menangkap perubahan karakter James Bond kali ini menjadi manusia yang semakin "normal" dan kompleks dengan pergumulan psikis tentang masa lalu, masa kini dan tentang masa depannya. Ini upaya transisi yang dialektis dan upaya rekonstruksi tokoh James Bond agar semakin realistis di tengah market penonton yang semakin kritis dan semakin mendekati kebosanan dengan tokoh James Bond yang cenderung 'flat" dengan karakter berdarah dingin dan minim sentuhan emosi dan sisi manusianya seperti misalnya dalam seri Quantum of Solace atau Skyfall.  

Yang terakhir, sebagai sebuah film ber-genre action,  pemilihan final scenes yang ditampilkan dalam "No time To Die" cukup menghibur dan saya melihat dari sisi "weight' laga nya ini merupakan seri terbaik Craig dalam mengekspose acting laga karena memang dari sisi durasi, film ini merupakan seri James Bond yang terpanjang. Namun saya juga melihat bahwa plot ceritanya kurang tergarap secara maksimal. Teknik 'recall' terhadap tokoh tokoh dalam seri sebelumnya seperti Ernst Stavro Blofeld sang komandan besar spectre terasa kurang kuat kecuali bagi generasi saya yang sudah mengenal tokoh ini sejak seri Casino Royale, tapi bagi penonton generasi millenial yang malam itu di Bioskop XXI Aeon mall BSD termasuk porsi penonton yang paling banyak, kehadiran sang tokoh antagonis ini kurang 'berasa' dan malah menurut saya men-down grade - kadar heroiknya James Bond. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun