Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Nyata Komunitas, Selamatkan Prasasti Berusia 1000 Tahun

31 Oktober 2020   03:17 Diperbarui: 31 Oktober 2020   05:30 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Siman dan Prasasti Besole (Foto: Doni Wicaksono Jati)

Cungkup (bangunan terbuka dengan atap penutup) Prasasti Siman,  kondisinya sangat memperihatinkan. Atapnya dari seng sudah  lapuk berkarat dimakan zaman. Tiang penyangganya tak perlu waktu lama untuk segera roboh berantakan. Lebih mengenaskan lagi saat melihat sosok Prasasti Besole. Setiap hari tersengat mentari. Tak ada tempat berteduh saat turun hujan. Hanya plastik kumal membungkus bagian atas prasasti. Entah apa maksudnya. Mungkin dulunya berfungsi sebagai pelindung sementara dari hujan. Secara kasat mata, nampak kedua prasasti ini sangat jauh dari kata terawat, alih-alih dilestarikan! 

Kedua prasasti dari masa berbeda itu tak seberuntung prasasti lainnya. Ada yang terawat dengan baik di museum. Termasuk pula yang sudah diberi cungkup di tempat berdirinya oleh pihak terkait. 

Namun, siapapun yang peduli akan warisan sejarah dan benda cagar budaya pasti prihatin melihat kondisi Prasasti Siman dan Besole. Jika dibiarkan, bisa jadi warisan sejarah itu akan rusak. 

Bisa patah berkeping-keping. Bisa aus dan tak terbaca lagi karena pengaruh kondisi cuaca yang menggerogotinya setiap hari.  

Padahal prasasti adalah sumber sejarah primer yang sangat dibutuhkan oleh para arkeolog, filolog dan sejarawan untuk membuka tabir kejadian dan kehidupan di masa lalu. Kehilangan prasasti, tak ubahnya kehilangan harta karun yang tak ternilai harganya.

Prasasti adalah sumber terpenting dibanding sumber sejarah kuno lainnya seperti naskah/ kitab kuno dan berita asing. Sebagai dokumen tertulis, keberadaan prasasti akan bercerita dan berbicara lebih banyak di tangan para ahli epigrafi. Dari prasasti banyak diungkap kronologi suatu peristiwa sejarah. Ada unsur penanggalan dan nama-nama pejabat tinggi dan atau penguasa/ raja, beserta genealogi/ silsilah keluarganya. Termasuk juga alasan mengapa suatu prasasti ini dikeluarkan. Tentunya informasi seperti ini sangat langka dan berharga. 

Terlebih jika prasasti itu terbuat dari batu atau upala prasasti. Maka hampir dapat dipastikan, lokasi penempatan (penemuan) prasastinya masih in situ (di tempat aslinya). 

Kecuali prasasti-prasasti tertentu yang sudah diboyong ke museum atau ke luar negeri. Artinya, prasasti tersebut menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu di lokasi prasasti itu berdiri. Ini berbeda dengan prasasti dari logam, baik tembaga atau perunggu (tamra prasasti) dan prasasti di daun lontar (ripta prasasti ) yang bisa pindah kemana-mana dengan mudah. 

Jadi, jika prasasti tembaga atau lontar ditemukan di Malang, bisa jadi kejadiannya di Kediri. Khusus untuk Prasasti Calcuta/ Prasasti Pucangan, prasasti batu yang ditemukan di sebuah tempat di India, ketika dialih bahasakan, isinya malah tentang silsilah raja Airlangga, penguasa Jawa Timur sebelum era Singhasari-Majapahit.

Baca Artikel Menarik Lainnya :  Menyingkap Misteri Liyangan setelah Terkubur 1000 Tahun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun