Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geliat Belajar Daring di Jatim Saat KLB Covid-19

3 April 2020   09:40 Diperbarui: 10 April 2020   06:09 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solo tercatat sebagai pengambil keputusan pertama meliburkan  sekolah di semua jenjang. Libur, tepatnya siswa belajar di rumah, dimulai Sabtu 14 Maret 2020 sampai empat belas hari ke depanya. Langkah ini sungguh tepat untuk mengantisipasi dan mencegah penyebaran Virus Corona secara masif. Agaknya keputusan pemimpin daerah ini pun akhirnya diikuti beberapa daerah lain. Diantaranya Sragen, DKI Jakarta serta Depok serta Provinsi Jawa Tengah.  

Di Jawa Timur, siswa belajar di rumah diawali dari Kota Surabaya.  Tapi, setelah melalui rapat marathon  sejak Jumat 13 Maret sampai  15 Maret, akhirnya Gubernur Jawa Timur memutuskan mulai Senin, 16 Maret 2020 seluruh kegiatan di sekolah dihentikan. Semua siswa belajar di rumah. 

Guru diwajibkan melaksanakan pembelajaran daring. Bebas menggunakan platform apa saja. Sekolah hanya dikunjungi guru piket.  Disiapkan sarana cuci tangan dan handsanitizer di sekolah.  Tapi banyak sekolah yang "meliburkan" total seluruh siswa dan gurunya. Semuanya stay at home dan work from home. Sekolah pun sunyi.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Platform

Belajar daring di rumah tentu awalnya tidak semudah membalik tangan. Banyak kendala yang dihadapi di lapangan.  Di sisi guru, proses daring ini dilakukan dengan sosialisasi  dalam waktu dan kesempatan yang sangat singkat. 

Akibatnya, di proses awalnya banyak menimbulkan keluhan di masyarakat lantaran sifatnya hanya pemberian tugas oleh guru ke siswa. Baik melalui Aplikasi WA, SMS atau yang lain. Guru memberi tugas. Siswa mengerjakan tugas. Bahkan, Ganjar Pranowo, gubernur Jawa tengah sampai mengingatkan agar anak-anak tidak terlalu banyak diberi tugas. Dikuatirkan teler dan menurunkan daya tahan tubuh! 

Sejatinya, tidak semua sekolah melakukan seperti yang ramai di media sosial; Guru memberi Tugas dan  Siswa mengerjakan Tugas. Tidak seperti itu! Setahu saya di tingkat sekolah menengah (SMA/SMK/MA juga SMP/MTs), siswa sudah begitu familier dengan gadget/ smartphone. 

Artinya siswa sudah banyak yang mandiri dalam "mengelola" handphone-nya . Maka, banyak kepala Sekolah dan guru  yang sudah merencanakan Belajar Daring secara terencana, terjadwal, terlaksana dan terukur.  Siswa tinggal mengikuti komando dari sekolah lewat gadget yang dipunyai siswa/ orngtua.    

Daring di rumah | dokpri
Daring di rumah | dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Proses Daring

KBM daring terencana, maknanya, KBM daring tidaklah boleh membebani siswa. Baik dari segi konten maupun teknis pelaksanaannya. Guru tidak melulu memberi tugas. Guru harus interaktif real time, Komunikasi langsung dengan peserta didik. KBM dikelola sekreatif mungkin dengan memanfatkan platform/ aplikasi yang ada.  

Maka, guru-guru kreatif pun melakukan daring dengan semangat melalui Whatsapp (WA), baik Chatting maupun VC, Instagram (IG),  Google Classroom atau Zoom. Termasuk memanfaatkan website pembelajaran gratis seperti Rumah Belajar, Ruang Guru, Zenius, Quipper, termasuk Youtube.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun