Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ramadhan: Nabi Pun Tadarusan Bersama Jibril di Masjid Nabawi

4 Agustus 2011   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:06 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Al-Qur’an sebagai kitab suci tidak pernah lepas dari bulan suci Ramadhan, karena memang Allah Swt menurunkannya pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam istimewa ‘’Lailatul Qodar’’. Malam yang penuh berkah itu disinyalir malam yang lebih baik dari seribu bulan. Nyaris, semua amalan ibadah yang dilakukan pada malam itu, nilainya sangat besar (berlipat-lipat). Malaikat yang bertugas membawa wahyu ialah Jibril as, dimana setiap bulan suci Ramadhan, Jibril selalu sibuk deres (tadarus al-Qur’an) bersama-sama Nabi Saw. Kegiatan tadarusan bersama itu baru berhenti, ketika Nabi Saw i’tikaf terahir di Masjid Nabawi, dimana waktu itu termasuk i’tikaf terahir, yang kemudian Nabi Saw wafat setelah Musim haji selesai. Nabi Saw pernah menyampaiakn kepada putrinya:’’ bulan Ramadhan ini Jibril tidak lagi datang’’. Ini isarat, bahwa tahun depan sudah tidak lagi ketemu dengan Ramadhan.

Dalam istilah ilmu al-Qur’an, orang yang membaca al-Qur’an disebut dengan ‘’Qori’’. Sedangkan orang yang memiliki kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik, sesuai dengan ilmu tajwid, serta memahami beranekaragam jenis bacaan al-Qur’an disebut dengan ‘’Qurro’’. Biasanya, para qurro itu sekaligus menjadi ‘’al-Hafid’’ yang artinya telah menghafalkan 30 juzz. Wajar, jika banyak ditemukan banyak mufassir yang namanya diawali dengan ‘’al-Hafid Ibn Katsir’’. Tentunya, seorang ulama’ yang memiliki gelar al-Hafid bukan hanya sekedar mampu membaca al-Qur’an, tetapi mampu memahami kandunganya serta mampu menganalisis ayat-ayat Allah swt dengan kemampuan yang dimilikinya.

Al-Qur’an artinya adalah bacaan (kitab suci), sedangkan orang yang membacanya disebut dengan ‘’al-qori’’ yang artinya pembaca. Sedangkan al-Qira'aat adalah jamak dari kata qiro'ah yang berasal dari qara'a - yaqra'u - qirâ'atan. Menurut istilah ilmu al-Qur’an al-Qira'at ialah salah satu aliran dalam pelafalan/pengucapan Al-Qur'an yang dipakai oleh salah seorang imam qura' yang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan Al-Qur'anul Karim. Qira'at ini berdasarkan sanad-sanadnya sampai kepada Rasulullah Saw. Biasanya orang-orang yang memiliki kemampuan dalam bidang al-Qur’an, tidak sempurna kecuali telah menguasai tujuh model gaya bacaan yang lebih populer dengan istilah ‘’qiroah sab’ah’’.

Jika ditinjau dari segi sejarah, orang yang pertamakali membaca al-Qur’an dengan model Qiroah Sab’ah, adalah para sahabat. Mereka mendapatkan pelajaran langsung dari gurunya ‘’Nabi Muhammad Saw’’, bagaimana mempelajari cara pengucapan Al-Quran langsung dengan benar dan fasih. Beberapa dari sahabat 'secara resmi' direkomendasikan oleh Rasulullah Saw sebagai rujukan sahabat lainnya dalam pengucapan Al-Quran. Memang, tidak semua sahabat Nabi Saw memiliki kecerdasan yang sama. Masing-masing memiliki kelebihan, seperti; Abu Hurairah yang memiliki kemampuan hafalan yang luar biasa, ada juga yang menonjol dalam tafsir al-Qur’an seperti; Ibnu Abbas ra. Dan sebagian sahabat, lebih lincah bermain pedang dan panah, sehingga lebih dominan dalam urusan medan perang, seperti; Kholid Ibn Walid.

Terkait dengan sahabat yang memiliki kemampuan bacaan al-Qur’an yang benar dan fasih, yang direkomendasikan, Rasulullah Saw menuturkan:’’ Ambillah (belajarlah) Al-Quran dari empat orang : Abdullah bin Mas'ud, Salim, Muadz, dan Ubai bin Ka'b " (HR Bukhori). Selanjutnya, Nabi Saw juga bersabda;’’ Barang siapa yang ingin membaca Al-Quran dengan benar, sebagaimana ia diturunkan, maka hendaklah membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas'ud). Pernyataan Nabi Saw. ini mengisaratkan bahwa tidak semua sahabat Nabi Saw. mampu membaca al-Qur’an dengan benar, sebagaimana lisan Nabi Saw. Oleh karena itu, beliau Saw memberikan rekomendasi kepada beberapa sahabatnya, agar supaya memberikan pelajaran cara mambaca al-Qur’an yang benar sesuai dengan aslinya.

Diantara sahabat yang sangat populer dengan bacaannya adalah: Utsman bin Affan (menantu), Ali bin Abi Tholib (menantu Nabi Saw), Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Ibnu Mas'ud, dan Abu Musa al-Asy'ary. Mereka termasuk sahabat Nabi Saw yang benar-benar memahami al-Qur’an dengan baik. Kemampuan mereka kemudian ditularkan kepada sahabat-sahabat lainya, yang kemudian menyebar ke seluruh pelosok negeri Jazirah Arabiyah. Sebagian besar sahabat, tabiin, belajara secara menyambung dari sahabat Nabi di atas. Daerah-daerah yang menjadi basis qurra’ antara lain:

1-Madinah, di antara Qurro’nya ialah:’’Ibnu Musayyib, Urwah, Salim, dan Umar bin Abdul Aziz.

2-Makkah : Ubaid bin Umair, Atho' bin Abi Robah, Thowus, Mujahid, Ikrimah

3-Kufah : Ilqimah, al-Aswad, Masruq, Ubaidah, dll

4-Bashroh : Abu Aliyah, Abu Roja', Qotadah, Ibnu siirin

5-Syam : Al-mughiroh, Shohib utsman.

Di antara nama-nama di atas, sebagian besar memang menguasai al-Qur’an dengan baik. Namun, di antara mereka, ada yang lebih menonjol ke-ilmuanya.Abu Aswad al-Duaali, misalnya, beliau lebih menonjol linguisticnya, tetapi kemahiran tafsir, hadis, fikih, tidak diragukan lagi. Bisa dipastikan, para ulama yang mahir menguasi al-Qur’an dengan baik, ternyata lebih mudah menerima ilmu pengetahuan lainnya, seperti bahasa, fikih, tafsir, filsafat, medis (kedokteran) serta cabang-cabang ilmu lainnya. Memahami al-Qur’an seolah-olah menjadi kunci permbuka segala ilmu.

Kemudian pada masa tabi'in awal abad 1 Hijriyah, beberapa kelompok mulai sungguh-sungguh menata tata baca dan pengucapan al-Quran hingga menjadi ilmu tersendiri sebagaimana ilmu-ilmu syariah lainnya. Kemudian muncul pula madrasah-madrasah qiro'ah yang mempelajri ilmu tersebut, yang akhirnya memunculkan keberadaan para qurro', yang hingga hari ini qiroat qur'an banyak disandarkan kepada mereka, khususnya imam qurro yang tujuh.

Orang-orang yang memiliki kemapuan dibidang al-Qur’an ini, tidak hanya sekedar hafal, tetapi mampu memhami isi dan kandunganya. Mereka juga sangat teliti sekali, sehingga tidak mungkin ada seorang-pun mampu membodohinya. Setiap orang yang membaca al-Qur’an, walaupun terdengar baik dan bagus, kadang bagi mereka belum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Swt melalui malaikat Jibril kepada Nabi Saw. Mereka itulah yang disebut dengan penjaga al-Qur’an. Mereka juga disebut imam-imam qira'at yang masyhur yang meyampaikan qira'at kepada generasi berikutnya sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah Saw. Mereka memiliki keutamaan ilmu dan pengajaran tentang kitab suci Al-Qur'an. Usman Ibn Affan salah satu qurro’ yang hidup dimasa Nabi Saw, pernah menyampaipan pesan Nabi Saw yang isinya:’’Sebaik-baiknya orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya".

Ibnu Qoyyim pernah menyampaikan pesan panjang lebar terkait dengan pahala membaca al-Qur’an. Sebagaimana pesan Nabi Saw, orang mukmin yang membaca al-Qur’an ibarat buah utrujah (seperti: durian), baunya enak, rasanya juga lezat. Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an, ibarat buah kurma, yang tidak ada baunya tetapi rasanya manis. Allah Swt juga tahu, bahwa sebagian dari hamba-Nya, tidak bisa membaca, maka Nabi-pun juga menyampaikan bahwa mendengarkan al-Qur’an dengan sungguh-sungguh juga akan mendapatkan pahala yang sama. Bahka, hanya sekedar menjadi pendukung terhadap kegiatan membaca al-Qur’an juga mendapat perhatian khusus dari-Nya.

Dalam sebuah tulisannya, Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa membaca al-Qur’an itu ada dua cara:

1-Berdasarkan Kuantitas : Pada umumnya, di Indonesia, sebagian besar umat islam membaca al-Qur’an setiap malam Ramadhan (tadarusan) setelah melaksanakan sholat tarawih berjamaah di masjid atau Musolla. Sebagaimana Nabi Saw yang juga melakukan tadarusan bersama Jibril setiap bulan suci Ramadhan. Namun, bacaan al-Quran bi Nadhor (dengan melihat Mushaf), masih banyak kelemahan, karena memang sebagian besar belum menguasasi ilmu al-Qur’an (tajwid) dengan baik. Budaya ini harus terus dilestarikan, tetapi tetap harus diperbaiki bersama, mengingat budaya negative terus menerus mengerus generasi muda bangsa ini, sebab tadarusan itu masih lebih baik dari pada kara-Oke-an, atau kongko-kongko di kafe. Terkait dengan pahalanya, Nabi Saw pernah menyampaikan bahwa setiap satu huruf dari al-Qur’an, Allah Swt akan menganjarnya dengan sepuluh. Jadi, semakin banyak, akan semakin banyak pula pahalanya.

2-Berdasarkan Kualitas: Orang yang berpendapat demikian juga benar. Karena esensi membaca al-Qur’an pada bulan Ramadhan bukan karena banyak atau cepatnya. Lebih dari itu, membaca al-Qur’an itu akan bermanfaat, sejauh mana mampu memahaminya dengan baik, serta mampu merenungi makna yang terkandung di dalamnya. Apalagi, saat ini al-Qur’an sudah banyak terjemahan, bahkan sudah ada al-Qur’an digital, yang secara otomastis keluar arti dan maknanya sendiri. Ini akan memberikan kemudahan bagi para pemula yang sedang belajar al-Qur’an.

Terlepas dari kualitas dan kuantitas di atas. Akan lebih baik lagi jika orang mukmin mau belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan mampu memaknai setiap ayat yang dibacanya. Semakin banyak akan semakin baik, sebab ulama’salaf terdahulu sudah biasa menghatamkan al-Qur’an setiap tiga hari sekali, seminggu sekali. Mereka tidak sekedar membaca, dalam waktu yang cukup singkat, mereka mampu memaknai setiap baris dari ayat al-Qur’an. Bahkan, ketika sedang berpapasan dijalan dengan rekan-rekanya, mereka saling melontarkan pertanyaan” sudah berapa juz yang engkau baca hari ini”? Bukan karena riya’ (pamer), tetapi karena sudah menjadi budaya waktu. Inilah yang harus dibudayakan oleh orang islam di Indonesia, dan bulan Ramadhan adalah waktu paling tepat memulainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun