Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Politisi Ngemong Para Kyai NU

24 Oktober 2021   15:38 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:41 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada sebuah kesan yang mendalam dalam benak sebagian para kyai dan gawawis dan habaib, bahwasannya para politisi yang diduduk beberapa partai politik, ternyata lebih dominan mengatur Kyai di jajaran tanfidiyah dan syuriah NU. Padahal, mestinya para Kyai dan ulama yang duduk di syuriah maupun tanfiziyah yang lebih berperan mengatur dan mengendalikan Jamiyah NU dari pada para politisi.

Kyai dengan segala kemampuan ilmu, dan kedalaman spiritual dan keluhuran budi pekerti seharusnya lebih berhak mengatur para politisi NU yang menyebar di berbagai partai politik, seperti; PPP, PKB, PDI, Golkar dari pada politisi. Sudah bukan rahasia lagi, seorang Kyai atau Habaib yang menjadi syuriah di PCNU, dan PWNU, khususnya di Jawa merupakan sosok yang memiliki kemapanan dalam masalah agama.

Ketika seorang Kyai yang duduk dijajaran Syuriah dan Tanfidiyah di atur oleh politisi, ada dua kemungkinan besar, pertama politisi itu ngakali Kyainya, kedua, Sang Kyai tidak mau ribet lebih di dalam mengurus ribet dan ruwetnya NU. Selanjutnya, ada analisi bahwa para politisi kadang memang secara sengaja memanfaatkan para Kyai untuk keuntungan tertentu, baik pribadi maupun politik. Biasanya para politisi sangat rajin mendekati ulama NU dengan berbaga alasan, ketika mendekati musim Pilkada, Pilwali, Pileg, Pilpres. Sehingga ada sebuah anekdot "Apa bedanya antara Pilkada dan Pil-KB".

Pemilihan ketua PBNU kali ini (2021) sangat asyik, karena mendekati Pilpres 2024. Haqqul yakin, siapa-pun orangnya yang ingin bertengger meraih suara NU tahun 2024, baik dari kultur NU, maupun struktur NU, atau yang kakek dan neneknya NU, pasti akan mendekati para ulama dan gawawis. Mereka akan rajin sowan, ngalab berkah, ziarah makam pendiri NU serta wali songo, demi mendapatkan perhatian dari kalangan NU.

Nyata dan fakta, sudah banyak para tokoh dan politisi mulai sowan ke pesantren-pesantren NU, ziarah ke makam pendiri NU. Entah itu pencitraan, atau memang ngalab berkah. Meminjam percakapan Gus Baha "kesolehan saja bisa dijual". Jadi, jangan kaget, jika banyak tokoh dan politis rame-rame ziarah makam wali dan ziarah pendiri NU, juga sowan ke para ulama. Itulah pencitraan.

Kyai Muhammad Haysim Mengatur NU

KH Muhammad Hasyim Asaary sosok ulama kharismatik yang sangat dalam ilmunya, kuat spiritualnya, serta luhur budi pekertinya adalah pengatur. Ketinggian derajat beliau, karena ilmu dan budi pekerti. Setiap akan melakukan langkah penting dalam tubuh NU, beliau dan jajaranya selalu memohon pentunjuk Allah SWT terlebih dahalu. Bahkan tidak sedikit informasi yang berkembang dalam tradisi Kyai NU bahwasanya setiap kegiatan besar yang akan dilaksanakan terlebih dahulu didiskukan dengan para kekasih Allah SWT, hingga melibatkan "Nabi Khidir". Nyaris, semua kegiatan besar NU, berlandaskan ilmu dan isarat langit.

Para masa KH Muhammad Hasyim Asaary, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, KH Asad Samsul Arifin, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Ahmad Siddiq, KH Ali Ma'sum Krayak, juga para masa KH Abdurahman Wahid. Bahkan, para ulama-ulama Jaddab, seperti; Gus Mik bersama dengan KH Abdul Hamid Pasuruan, ikut serta memikirkan setiap Langkah NU ke depan. Walapun tidak dipungkiri, tetap ada trik-trik politik yang mewarnai perjalanan Jamiyah NU.

Sebagian besar dari nama-nama di atas adalah putra terbaik dari lulusan Khalaqah Masjidilharam, baik yang diasuh oleh Syekh Sholih Darat, Syekh Mahfuzd Al-Turmusi, bahkan ada yang di asuh langsung oleh Sayyid Zaini Dahlan, Sayyid Abu Bakar Shata. Para ulama Makkah pernah mengomentari kedalaman ilmu Sayyid Zaini Dahlan "Beliau menghafal kitab Bukhari Muslim seperti membaca surat Al-Fatihah".

KH Muhammad Khalil Bangkalan, KH Muhammad Siddiq, KH Muhamamd Hasyim, KH Bisri Samsuri, KH Abdul Wahab Hasbullah terlibat langsung berdirinya NU. Jadi, siapa-pun yang ingin menjadi ketua PBNU tahun 2021, harus mendapatkan rekomendasi dari mereka, karena para pendiri itu akan turut serta menentukan siapa yang layak, baik ilmu mapun pekerti di dalam memimpin NU selama 5 tahun mendatang.

NU Era Gus Dur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun