Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosa di Balik Cadar Wanita

12 November 2019   11:42 Diperbarui: 12 November 2019   11:46 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cadaran itu identik dengan radikalisme, begitulah sebagian pendapat yang mengemuka di masyarakat Nusantara. Maklumlah, para bomber wanita itu rata-rata pakai cadar. Sementara bagi bomber pria, sebagian dari mereka memakai celana cingkrang, dan juga jengotan. Padahal, tidak semua orang yang memakai celana cingkrang, jubbah cingkrang itu radikal dan teroris. Radikal itu bukan pada busana, tetapi cara berfikir.

Selama ini belum belum pernah ada seorang teroris yang ngebom sarungan. Yang ada, jubahan cingkrang, atau celana cingkrang, jenggotnya juga panjang, kadang jidatnya hitam. Sementara sebagian besar kaum sarungan itu sibuk belajar dipesantren, menghafal Alquran, hadis RasulullahSAW, dan nadzoman nawhu dan sharaf, sehingga tidak pernah berfikir ngebom. Kaum sarungan kurang tertarik dengan isu-isu jihad, karena bagi kaum sarungan jidad melawan Jepang, Belanda, PKI, DII, sudah rampung. Selanjutnya bagaimana memajukan peradaban Nusantara.

Sampai saat ini, juga memang belum ditemukan seorang bomber wanita memakai jarik dan berkerudung ala busana Muslimah Nusantara. Kendati demikian, bukan berarti wanita yang tidak bercadar itu tidak radikal. Walaupun saat ini, sudah mulia terbiasa seorang wanita bercadar bergumul dengan wanita yang memaki rok mini, kadang bergumul dengan wanita yang berbeda agama. Jibab panjang tetap jalan, cadaran boleh, tetapi pergaulan tetap luwes dan luas.

Memandangi Wanita, atau di Pandangi Wanita

Istri-istri Rasulullah SAW tidak seperti wanita pada umumnya, kesemuanya memaki tutup wajah (cadar), sebagaimana penjelasan QS. Al Ahzab: (33: 59) yang berbunyi "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang".

Dalam prakteknya, istri-istri Rasulullah SAW memang memiliki kekhususan, mereka disebut dengan "Umm Al-Mukminin", maka tidak satupun diperbolehkan menikahi janda Rasulullah SAW. Hukumnya haram.  Juga, ketika sowan kepada istri Rasulullah SAW, tidak boleh berbincang-bincang dengan cara berhadap-hadapan, QS Al-Azhaza (33:53) Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik hijab."

Rasullah SAW pernah mengatakan "tiga mata yang tidak akan pernah besedih (meneteskan air mata), mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga dalam perang sabilillah, dan mata yang terjaga dari perkara yang diharamkan Allah (HR. Ibn Asakir).

Keharaman itu untuk pria dan wanita. Bagi seorang wanita, hendaknya menjaga wajah-wajah mereka dari pandangan lawan jenisnya. Jangan sampai menjadikan seorang pria terpedaya dengan wajah wanita. Bagi seorang pria, tidak boleh melihat (memelototi) wajah-wajah wanita yang menarik, sehingga menimbulkan sahwat.  

Rasulullah SAW pernah berkat kepada Ali Ibn Abi Thalib ra "Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan pertama dengan pandangan yg lain (berikutnya), sesungguhnya pandangan yang pertama (diampuni) bagimu dan tidak (diampuni) dengan yang berikutnya (HR. Al-Tirimidzi).

Sahabat Jarir Ibn Abdillah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW seputar memandang wanita dengan spontanitas tanpa sengaja, kemudian Rasululalh SAW memerintahkan dirinya agar segera memalingkan pandangannya. Hadis-hadis di atas mengisaratkan bahwa saat itu, terdapat wanita-wanita yang tidak memakai cadar, sehingga Rasulullah SAW meminta kepada Ali Ibn Abi Thalib ra, Jarir Ibn Abdillah. Rasulullah SAW sempat memaksa sahabat Al-Fadlu Ibn Abbas memalingkan pandangan dari wanita Khosam.

Suatu ketika Rasulullah SAW kedatangan seorang tamu yang bernama Umi Maktum. Beliau buta. Kemudian Aisyah ra, meminta ijin membukankan pintu. Lantas Rasulullah SAW berkata "jangan engkau bukankan pintu'. Kemudian Aisyah menjawab "Wahai Rasulullah..Umi Maktum itu kan buta? Rasulullah SAW menjawab "memang dia buta, tetapi engkau kan bisa melihatnya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun