Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres, Ketika Kecurangan di Lawan Kebohongan

29 Juni 2019   16:06 Diperbarui: 29 Juni 2019   22:00 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

NU dan Muhammadiyah sepakat menjaga keutuhan Negara Indonesia. Keduanya tidak bermain politik praktis, namun tetap membebaskan pengikutnya meniti karir politik sesuai dengan nuraninya masing-masing.  Walaupun keduanya memiliki calal politik, seperti; PAN, PKB. Namun, kedua organisasi tidak melarang pengikutnya ikut serta Golkar, PDI, Gerinda, PPP. Itulah politik kebangsaan NU dan Muhammadiyah.

Pertentangan Salafi VS HTI dan FPI

Nah, salah satu kelompok yang mati-matian mengekor terhadap pemerintah adalah Wahabi Salafi. Siapa yang menentang pemerintah yang sah, bisa dikatakan "bughot". Pentolan Salafi Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dalam tulisanya mengatakan "Ahlus Sunnah wal Jama'ah melarang kaum Muslimin keluar untuk memberontak terhadap pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan hal-hal yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur . Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah SAW tentang wajibnya taat kepada mereka dalam hal-hal yang bukan maksiat dan selama belum tampak pada mereka kekafiran yang nyata". Wajar, jika pentolan-pentolan Salafi Wahabi berpendapat demikian, karena setiap selalu ada kerusakan, padahal Allah SWT tidak suka dengan orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kelompok ini sangat konsisten menyuarakan bahwa demo itu adalah sesat (bidah). Maka, siapa saja yang demo terhadap pemimpin yang sah (ber-iman) kepada Allah SWT, termasuk melakukan bidah, dan bidah itu endingnya neraka, sesuai dengan teks hadis bidah. Tidak ada yang yang lebih semangat menyuarakan Alquran dan sunnah, melebih Wahabi Salafi. Saking semangatnya, orang yang tidak selaras terang-terangan di sesatkan "bidah".

Demonstrasi salah satu kegiatan yang paling dibenci oleh Salafi Wahabi. Abdullah Bajerey memberikan contoh bagaimana demonstrasi yang yang tidak cocok dengan sahabat Usman Ibn Affan ra. Mereka datang ke Madinah mendemo kebijakan Usman Ibn Affan. Tokoh Demontrasi mengarakah dan menggiring opini dengan meminta agar Usman Ibn Affan mundur dari Khalifah. Dan akhirnya, Usman Ibn Affan ra, terbunuh oleh pada demonstran yang berubah membabi buta.

Sementara HT (Hizbu Tahrir), satu-satunya kelompok yang paling getol mengkritik habis-habisan tentang demokrasi, dikatakan bahjwa adalah "kufur". Asyiknya, HT mengambil salah satu ayat Allah SWT, agar para pembaca percaya "Siapa saja yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang kafir." (QS. Al Maidah : 44).

Dan, lebih mengelitik lagi, para pengikut HT belahan nusantara, paling demen namanya demontasi yang merupakan ciri khas dari demokrasi yang dikatakan Kufur. Dengan demikian, Hizbu Tahrir suka dengan produk orang Kafir yang bernama "demokrasi". Wahabi Salafi  pendapat demonstrasi adalah bidah, dan setiap bidah adalah neraka balasannya. Sementara HT mengajak pada penerapan Syariah selalu menjadikan demonstrasi setiap protersnya. Bahkan, membully pemimpin negeri ini dengan berbagai hal kebencian.

Riyadh Bin Badr Bajrey mengatakan "apakah pemimpin kalian lebih buruk dari Firaun". Sehingga kalian caci maki, membuly dengan kata kasar dan kotor"" itulah yang sering keluar dari tokoh salafi ketika mengkritik para tokoh-tokoh FPI, HTI yang paling demen demonstrasi hingga berjilid-jilid.

Tuduhan Kecurangan Itu Bohong

Salah satu narasi yang dibangun oleh lawan-lawan politik Jokowi adalah "kecurangan". Usai Pilpres, Prabowo mengklaim kemenangannya dengan angka 62 %, belum genap sebulan angka itu berubah menjadi  52 %.  Bagi lawan politiknya sudah pasti ini penuh dengan kebohongan, dan kebohongan itu sudah pasti perbuatan tercela.

Padahal bohong itu dilarang, dan bisa kembali pada dirinya sendiri. Merujuk pada hadis Rasulullah SAW yang artinya "Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allh SWT sebagai pendusta (pembohong) (HR. Muslim).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun