Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petaka Istri Cantik bagi Ulama

15 Mei 2019   15:52 Diperbarui: 15 Mei 2019   16:19 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memiliki istri cantik itu sangat asyik, namun pasti tuntutannya juga sangat banyak. Karena perawatan istri cantik itu lebih besar dari pada istri biasa. Kecuali wanita sholihah, walaupun tidak begitu cantik, karena kesholehannya, akan terlihat cantik. Wanita saholihah itu, tuntutannya tidak banyak, namun selalu menyenangkan hati suaminya. Dalam kondisi apa-pun, istri akan setia menemaninya. Dan yang paling membahagiakan, memiliki istri cantik, sholehah sekaligus cerdas, begitulah kriteria istri sholihah menurut Rasulullah SAW.

Nah, istri yang cantik nan cerdas itu selalu mengerti apa yang diinginkan suaminya. Ketika bulan suci Ramadhan, istri akan selalu mencium suaminya, karena itu bagian dari menyenangkan hati seuami. Kadang, ketika suami menciumnya, sang istri menyambutnya dengan pelukan yang hangat. Istri yang sholihah itu selalu rapi, bersih nan wangi dihadapan suami. Selalu berpenampilan menarik di hadapan suaminya.

Semua istri Rasulullah SAW adalah pilihan Allah SWT, semuanya sangat menyenangkan hati baginda Rasulullah SAW, baik yang usianya tua, seperti Maemunah ra, Saudah Binti Zamah ra. Bahkan, istri yang masih muda-pun, sangat menyenangkan hati Rasulullah SAW, seperti; Aisyah ra, dan Hafsah ra. Bukan hanya sekedar menyenangkan hati, namun semua aktivitas Rasulullah SAW didokumentasikan hingga sekarang ini.  Apa yang terjadi pada Rasulullah SAW merupakan wahyu Allah SWT, dan ke kekhususan bagi Rasulullah SAW. 

Berbeda dengan keturunan Rasulullah SAW dan pengikutnya. Salah satu cucu Rasulullah SAW yang bernama Sayyidina Hasan ra, terbunuh dengan cara di-racun. Menariknya, yang meracuni adalah istrinya sendiri. Imam Suyuthi menjelaskan, bahwa orang yang membunuh Sayyidina Hasan ra, adalah istrinya sendiri yang bernama Ja'dah binti Al-Asy'ats atas perintah rival politiknya Muawiyah Ibn Abi Sufyan dengan iming-iming uang sebesar 100.000 dinar.

Imam Sibawih pakar Ilmu Nahwu, beliau orang yang sangat alim, ganteng, cerdas sekali sehingga semua wanita terbuai dibuatnya. Dinamakan Sibawaih, karena memang baunya wangi seperti apel. Setiap wanita yang memandanginya, sudah pasti demen dan ingin menjadi istrinya.

Dia memiliki istri sangat cakep. Namun, sang istri merasa dirinya diabaikan, karena imam Sibawaih sibuk dengan menulis kitab. Pernah suatu ketika, sang istri menunggu diperaduan, namun Imam Sibawaih tetap sibuk menulis buku. Sehingga sang istri merasa kesal dengan sikap Imam Sibawih yang lebih mementingkan ilmu.

Suatu ketika, Imam Sibawih kehabisan kertas. Esok harinya, Imam Sibawih pergi ke Pasar untuk membeli kertas untuk kebutuhan menulis. Melihat sang suami pergi ke pasar, sang Istri berfikir negatif "wah, gara-gara kitab-kitab ini, saya tidak pernah dijamah di malam hari". Singkat cerita, Sang Istri membakar tulisan-tulisan Imam Sibawih, dengan harapan agar Imam Sibawih mengalihkan perhatian kepada dirinya.

Melihat istrinya membakar karyanya. Imam Sibawih, justru menceraikan istrinya. Imam Sibawih lebih mementingkan ilmu dari pada istrinya. Karena sang istri, justru tidak mendukung dirinya sebagai seorang ulama yang setiap hari sibuk menulis.

Imam Syafii orang sangat genteng, berilmu, terkenal dan juga seorang ulama besar pada waktu itu. Semua wanita sudah pasti suka dengan Imam Syafii, namun Imam Syafii tidak mau menikah dengan wanita terhormat, karena khawatir tidak bisa mengikuti pola hidupnya. Bahkan, Imam Syafii pernah mengabarkan "siapa saja yang mau menjadi istriku, maka siap-siaplah tidak mendapatkan jatah batin".

Ternyata ada seorang wanita yang mau dinikahinya dengan tidak menuntut apapun dari Imam Al-Syafii. Imam setiap hari mengajar santri-santrinya. Sementara sang istri yang sangat sholihah, mempersiapkan manisan (makanan) riangan untuk santri-santri yang ngaji kepada Imam Al-Syafii.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun