Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menahan Amarah Berarti Mengamalkan Alquran

7 April 2018   06:18 Diperbarui: 7 April 2018   09:20 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika ingin melihat sifat dan budi pekerti Rosulullah SAW, maka bacalah Al-Quran berkali-kali dan renungilah kandunganya. Rosulullah SAW itu adalah Al-Quran yang berjalan. Aisyah ra, pernah di tanya oleh seorang sahabat Hisyam Ibn Abir seputar budi pekerti Rosulullah SAW, kemudian Aisyah ra menjawab singkat "budi pekertinya adalah Al-Quran". Kemudian Asiyah berkata "apa engkau tidak membaca ayat "sungguh Engkau, memiliki budi pekerti yang agung (HR Ahmad).

Shamsi Ali, begitulah orang memanggilnya. Pria asal Makasar yang bermukim di Amerika lebih dikenal dengan seorang Imam besar Amirika. Rupanya, dia lebih suka busana Batik ala Nusantara dari pada berjubah ala Arab atau Pakistan. Barangkali, berbatik itu lebih nyaman untuk berdakwah dan ber-ibadah mengenalkan budi pekerti Rosulullah SAW dari pada berjubah ala Pakistan atau Arab, tetapi garang dan pemarah.

Shamsi Ali bertutur, jika pernah ada orang Amerika datang kepadanya dengan marah dan mencaci maki Rosullah SAW. Siapa yang tidak tersinggung. Pada waktu itu, Shamsi Ali ingin marah balik kepadanya. Tetapi, tiba-tiba Shamsi Ali menahan diri. Dalam hatinya dia berkata "jika aku marah-marah kepadanya, betapa malu aku kepada Rosulullah SAW yang ahlaknya sangat agung itu".

Kemudian Shamsi Ali mendatanginya, menyapa dan menyalaminya sambil tersenyum. Rupanya, pria yang marah-marah itu menerima uluran tangan Shamsi Ali. Pria itu kemudian bergegas pergi. Beberapa hari kemudian, pria itu datang lagi. Shamsi Ali mengira jika pria itu akan marah-marah lagi. Ternyata tidak.

Rupanya kedatangan pria itu bukan marah, tetapi bertanya kepada Shamsi Ali "kenapa engkau tidak marah-marah, padahal aku telah menghina agama dan Nabimu". Anggapan bahwa islam pemarah, pendendam, perusak sirna dan berubah setelah melihat Shamsi Ali menerimanya dan tidak kembali marah kepada dirinya. Itulah Ahlak Rosulullah SAW yang sesungguhnya. Perekembangan islam kadang terhalang oleh prilaku umat islam sendiri.

Sebuah ayat yang sangat indah dan mengagumkan, dimana Allah SWT memberitakan kepada hamba-hambanya bahwa orang-orang yang bergegas meminta ampun (maghfirah-Nya).  Tidak ada manusia yang bersih dari dosa dan noda, kecuali Rosulullah SAW.

Allah SWT memaafkan setiap orang yang meminta ampunan, walaupun dosa-dosa manusia mengunung, bahkan memenuhi langit dan bumi. Ketika meminta ampunan, Allah SWT akan mengampuninya. Kemudian Allah SWT menyediakan kepada mereka yang meminta ampunan dengan balasan surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi. Surga itu diperuntukkah bagi orang-orang yang bertaqwa.

Orang yang sudah bertaubat dan meminta maaf, itu di ibaratkan seperti orang yang tidak berdosa sama sekali. untuk itulah, Allah SWT paling suka dengan orang-orang yang bertaubat dan mengakui kesalahannya. Manusia itu tempat salah dan lupa, namun sebaik-baik orang yang salah adalah orang yang mau mengakui kesalahanya dan taubat kepada Allah SWT.

menurut penjelasan Al-Quran, tanda-tanda orang yang bertaqwa antara lain "demen banget menginfakkan hartanya dalam kondisi susah maupun senang kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim serta orang lansia. Jangan pernah ngaku cinta Nabi dan mengamalkan kitab suci, jika kerjanya masih mengumpulkan harta benda untuk kepentingan pribadi. Kurang perduli dengan sekitarnya. 

 Selanjutnya adalah "menahan amarah dan emosi". Rosulullah SAW pernah di tanya oleh seseorang sahabat yang suka marah, apa yang harus dilakukan. Dengan mudah Rosulullah SAW menjawab "jangan marah...jangan marah".Orang yang suka marah, kadang otaknya tidak bisa bekerja dengan baik, sehingga kadang melakukan perbuatan yang jauh dari ajaran agama. Rosulullah SAW manusia biasa, bisa marah, tetapi Rosullah SAW selalu menahan diri tidak marah. Orang yang hebat itu bukan orang yang sabar, tetapi orang pemarah, tetapi mampu menahan diri tidak marah. Dengan marah, tidak ada yang bisa diselesaikan.

Berikutnya adalah "pemaaf", dalam bahasa Al-Quran di sebut dengan "wal afina Ani Annas". Tersinggung boleh dan wajar sebagai manusia. Tetapi sesungguhnya sifat yang harus ditiru sebagai umat Rosulullah SAW itu adalah "pemaaf".  Semua sifat melekat pada diri Rosulullah SAW, bukan untuk dibaca, tetapi di amalkan, karena itu bagian dari keteladan. Tidak ada yang pernah menyakiti Rosulullah SAW, kecuali di maafkan, karena tujuan utama di utus itu memberikan contoh bagi manusia. Islam menjadi banyak pengikutnya, karena budi pekerti Rosulullah SAW yang agung, dermawan, tidak pemarah dan tidak pendendam, juga selalu memaafkan sesama. Apalagi, sesama umat muslim, tidak pantas saling marah dan mencaci.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun